Risiko Pembiayaan Musyarakah dan Strategi Kelola untuk Keberlanjutan Keuangan Syariah

risiko pembiayaan musyarakah

Milenianews.com, Mata Akademisi – Pembiayaan musyarakah adalah salah satu instrumen keuangan syariah yang menurut saya menarik sekaligus menantang. Konsepnya yang berbasis kerja sama, di mana keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kontribusi modal, benar-benar mencerminkan prinsip keadilan syariah.

Namun, saya merasa keunggulan ini juga menjadi titik rawan, karena dalam praktiknya banyak risiko yang mengintai. Dari moral hazard hingga risiko likuiditas, semuanya bisa menjadi ancaman nyata jika tidak dikelola dengan baik. Maka, manajemen risiko bukan hanya sekadar formalitas, tetapi kebutuhan mutlak.

Baca juga: Akad Musyarakah dan Penerapannya

Mari kita mulai dengan risiko moral hazard, yang menurut saya adalah salah satu tantangan terbesar. Dalam pembiayaan musyarakah, kedua belah pihak–bank dan mitra usaha–memiliki peran aktif dalam pengelolaan usaha. Di sinilah masalah bisa muncul. Misalnya, mitra usaha mungkin tidak sepenuhnya transparan soal pendapatan atau, lebih buruk lagi, menggunakan dana untuk kepentingan pribadi.

Saya sepakat dengan pandangan Dr. Abdul Azis dalam bukunya, bahwa pengawasan yang ketat sangat diperlukan. Tetapi saya ingin menambahkan bahwa teknologi harus menjadi andalan. Dengan software keuangan berbasis real-time, bank tidak hanya bisa memantau laporan keuangan tetapi juga mengurangi risiko kecurangan. Teknologi ini bukan sekadar tambahan; ini kebutuhan.

Namun, teknologi saja tidak cukup tanpa hubungan yang berbasis kepercayaan. Dalam pengalaman saya mengamati berbagai model kemitraan, kepercayaan adalah kunci yang sering diabaikan. Kontrak yang jelas dan rinci, termasuk pembagian keuntungan, tanggung jawab, hingga prosedur penyelesaian sengketa, harus menjadi prioritas. Saya percaya bahwa jika aspek legal ini diperkuat, risiko moral hazard bisa ditekan secara signifikan.

Lalu, bagaimana dengan risiko operasional? Menurut saya, ini lebih kompleks dari sekadar kegagalan usaha. Faktor seperti kurangnya kompetensi manajerial dari mitra usaha atau perubahan kondisi pasar yang tiba-tiba bisa menghancurkan usaha dalam sekejap.

Analisis kelayakan usaha memang penting, tetapi menurut saya, itu saja tidak cukup. Bank harus proaktif, misalnya dengan menyediakan pelatihan manajerial bagi mitra usaha. Ini bukan hanya soal mengurangi risiko, tetapi juga membangun kemitraan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Selain itu, faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah atau fluktuasi harga bahan baku juga tidak bisa diabaikan. Solusi seperti asuransi syariah untuk melindungi mitra usaha dari kerugian eksternal patut dipertimbangkan. Saya percaya, langkah ini akan membuat mitra usaha lebih fokus pada pengembangan bisnis tanpa harus terlalu khawatir terhadap hal-hal di luar kendali mereka.

Menyiasati Risiko Likuiditas dan Pentingnya Diversifikasi

Risiko likuiditas, menurut saya, adalah tantangan lain yang sering kali diremehkan. Ketika mitra usaha gagal memberikan bagi hasil sesuai jadwal, dampaknya bisa langsung terasa pada likuiditas bank. Diversifikasi portofolio, seperti yang disarankan Dr. Abdul Azis, adalah langkah yang efektif.

Namun, saya ingin menambahkan ide lain: sistem cadangan likuiditas. Bayangkan jika bank memiliki dana cadangan dari hasil pembiayaan lain untuk menutupi kekurangan likuiditas sementara. Ini bukan hanya solusi praktis tetapi juga strategi jangka panjang yang cerdas.

Saya juga merasa bahwa diversifikasi tidak harus terbatas pada sektor tradisional. Bank syariah seharusnya lebih berani bereksperimen dengan pembiayaan berbasis teknologi atau mendukung startup lokal yang punya potensi besar. Inovasi seperti ini tidak hanya meningkatkan pendapatan tetapi juga menciptakan nilai tambah yang lebih besar.

Pada akhirnya, saya percaya bahwa manajemen risiko dalam pembiayaan musyarakah tidak hanya soal menghindari kerugian. Lebih dari itu, ini adalah tentang menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan usaha bersama. Bank tidak bisa berdiri sendiri.

Baca juga: Bank Syariah Kunci untuk Memajukan Ekonomi Indonesia

Kolaborasi dengan pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi non-pemerintah adalah langkah yang menurut saya harus diutamakan. Program seperti pendampingan usaha atau edukasi keuangan bisa menjadi katalisator pertumbuhan usaha kecil dan menengah.

Dalam pandangan saya, risiko memang tidak bisa dihilangkan, tetapi dengan pengelolaan yang baik, tantangan ini bisa berubah menjadi peluang. Bank syariah yang mampu mengelola risiko dengan holistik akan mendapatkan kepercayaan masyarakat sekaligus membuktikan bahwa pembiayaan musyarakah adalah instrumen keuangan yang tidak hanya syariah-compliant tetapi juga relevan di era modern. Dan di situlah, menurut saya, masa depan keuangan syariah berada.

Penulis: Fathya Aliya Ramadhani, Mahasiswa STEI SEBI

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *