Milenianews.com, Jakarta– Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MSc memaparkan strategi Pembangunan budidaya dan inustri pengolahan ikan nila yang produktif, efisien, berdaya saing, inklusif dan berkelanjutan. Hal itu ia sampaikan saat menjadi salah satu narasumber forum diskusi Indonesia Tilapia Blue Food “Budidaya Tilapia: Sumber Protein untuk Ketahanan Pangan dan Pasar Global” yang digelar oleh PT Regal Spring di Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Adapun strategi tersebut sebagai berikut: Pertama, menjaga, merevitalisasi, dan mengembangkan perusahaan-perusahaan ikan nila terpadu-berkelas dunia (seperti PT. Regal Spring dan PT. Suri Tani Pemuka), sehingga Indonesia menjadi pengekspor ikan nila (volume dan nilai) terbesar di dunia.
Kedua, revitalisasi seluruh unit usaha budidaya ikan nila rakyat, supaya lebih produktif, efisien (menguntungkan), berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan (sustainable) dengan menerapkan Good Aquaculture Practices (Cara-cara Budidaya Ikan Terbaik): (1) lokasi budidaya sesuai RTRW, (2) penggunaan benih unggul (SPF, SPR, dan fast growing) bersertifikat, (3) pakan berkualitas dan teknik pemberian pakan presisi (FCR rendah, bila mungkin FCR = 1), (4) teknologi budidaya mutakhir seperti RAS dan bioflock, (5) pengendalian hama & penyakit, (6) pengelolaan kuantitas dan kualitas air, dan (7) biosecurity.
“Ketiga, pengembangan usaha budidaya ikan nila di wilayah-wilayah (ekosistem) perairan baru (ekstensifikasi): danau, bendungan, sungai, sawah (mina padi), dan bekas tambak udang di Pantura, sesuai dengan daya dukung lingkungan masing-masing wilayah,” kata Prof. Rokhmin Dahuri dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Keempat, penguatan dan pengembangan industri pengolahan (manufacturing industry) dan kemasan ikan nila untuk menghasilkan produk hilir (finished products) baru yang berdaya saing tinggi, dan tanpa limbah (zero-waste).
Kelima, penguatan dan pengembangan usaha hatchery (pembenihan) untuk menghasilkan indukan (broodstocks) dan benih ikan nila unggul, dengan jumlah yang mencukupi usaha pembesaran ikan nila di seluruh wilayah NKRI.
“Selanjutnya, penguatan dan pengembangan industri pakan berkualitas tinggi, harga relatif murah, dan volume mencukupi. Juga, penguatan dan pengembangan sistem logistik dan rantai pasok secara terintegrasi. Tidak kalah pentingnya penguatan dan pengembangan infrastruktur, termasuk jaringan jalan, telkom, internet, listrik, dan air bersih,” ujar Prof. Rokhmin yang juga ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI).
Anggota Komisi 4 DPR RI 2024 – 2029 Itu juga mengingatkan pentignya pengelolaan lingkungan perairan agar tidak tercemar. Juga, kerja sama saling menguntungkan antara perusahaan besar dan UMKM. “Selain itu, kebijakan politik-ekonomi yang kondusif: moneter, fiskal, naker, iklim investasi, dan kemudahan berbisnis,” kata Prof. Rokhmin yang juga Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany.
Sebelumnya, Prof. Rokhmin mengemukakan kontribusi usaha budidaya dan industri pengolahan ikan nila bagi kualitas SDM dan perekonomian bangsa Indonesia sebagai berikut:
- Sekitar 60% total asupan protein hewani yang dikonsumsi rakyat Indonesia berasal dari ikan (Litbang Kemenkes, 2018).
- Kandungan gizi ikan nila yang kaya protein (20%), omega-3, vitamin D, vitamin A, zinc, zat besi, kalsium, dan mikro nutrien lainnya membuat ikan nila sangat bagus untuk kesehatan dan kecerdasan manusia (kualitas SDM) yang mengkonsumsinya.
- Pada 2023, dari total produksi ikan Indonesia sebesar 5,487 juta ton; 1,369 juta ton (25%) berupa ikan nila. Dengan volume produksi 1,369 juta ton, ikan nila menempati peringkat-1, disusul oleh ikan lele 1,137 juta ton dan udang sebesar 821.060 ton.
- Indonesia merupakan produsen ikan nila terbesar kedua di dunia (26% total produksi dunia), setelah China.
- Pada 2023 sekitar 99,2% produksi ikan nila untuk memenuhi pasar domestik (nasional), hanya 0,8% (11.166 ton) yang diekspor, dengan nilai USD 82 juta (Rp 1,3 trilyun).
- Banyak menyerap tenaga kerja dan menghasilkan multiplier effects yang luas.
Dalam makalahnya yang berjudul “Peningkatan Kontribusi Usaha Budidaya dan Industri Pengolahan Ikan Nila bagi Ketahanan Pangan, Kualitas SDM, dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia secara Berkelanjutan”, Prof. Rokhmin memaparkan kontribusi usaha budidaya ikan KJA di Danau Toba terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Provinsi Sumatera Utara.
“Sekitar 90 % total volume dan 75% total nilai ekspor ikan Nila Indonesia berasal dari usaha KJA di D. Toba. Dengan nilai Ekspor sebesar USD 100 Juta (Rp 1,5 trilyun) per tahun (KKP, 2019),” ungkapnya.
Baca Juga : Wisuda Vokasi IPB University, Prof. Rokhmin Ungkap Peran Lulusan Sekolah Vokasi Wujudkan Indonesia Emas 2045
Selain itu, menyediakan lapangan kerja: sekitar 2.500 orang pembudidaya (on farm); dan 12.500 orang yang bekerja di sektor hulu (pabrik pakan, alsintan, hatchery, dan lainnya), di sektor hilir (industri pengolahan filet ikan nila, pabrik es, cold storage, packaging, dan lainnya), rumah makan, hotel, transportasi, dan industri serta jasa terkait lainnya.
Juga, menciptakan multiplier effects ekonomi yang cukup besar; peningkatan ketahanan pangan dan status gizi masyarakat; pemasok ikan nila yang lezat dan bergizi tinggi untuk wisatawan; dan mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi antar wilayah dan antar kelompok penduduk.
“Produk filet kemasan Toba Tilapia menjadi yang terbaik di dunia, dan terlaris di pasar AS, Jepang, dan Uni Eropa (FAO, 2016). Sementara itu, kontribusi ekonomi sektor pariwisata baru akan bisa menyamai kontribusi ekonomi sektor perikanan budidaya di Danau Toba saat ini, diperkirakan pada 2041 (Deltares dan Bank Dunia, 2017),” tuturnya.