Milenianews.com – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, dunia kesehatan kini memasuki era digital yang semakin canggih. Digitalisasi dalam layanan kesehatan memberikan peluang sekaligus tantangan baru, terutama bagi tenaga perawat yang menjadi garda terdepan dalam pelayanan medis. Perawat kini tidak hanya dituntut untuk menguasai keterampilan medis, tetapi juga harus memiliki kemampuan teknologi digital yang mumpuni.
Sebagai tenaga medis yang langsung berinteraksi dengan pasien, perawat memiliki peran penting dalam sistem kesehatan. Namun, dengan semakin canggihnya teknologi kesehatan, perawat harus bisa beradaptasi. Penggunaan sistem rekam medis elektronik, misalnya, memerlukan pemahaman tentang bagaimana mengakses, memperbarui, dan menyimpan data pasien dengan aman dan efisien.
Baca juga: Kenali Keperawatan Maternitas dan Jadi Pahlawan Bagi Ibu dan Remaja!
Tantangan perawat di era digitalisasi
Untuk itu, perawat kini tidak hanya dituntut untuk pandai dalam keterampilan medis, tetapi juga harus mampu mengoperasikan teknologi seperti rekam medis elektronik (RME), telemedicine, dan perangkat wearable. Teknologi ini memungkinkan perawat untuk bekerja lebih efisien, memberikan perawatan yang lebih akurat, dan tetap terhubung dengan pasien bahkan dari jarak jauh.
Lebih jauh lagi, telemedicine yang memungkinkan perawat melakukan konsultasi jarak jauh dengan pasien dan membuka pintu bagi perawat untuk memberikan layanan kesehatan dengan cara yang lebih fleksibel dan cepat. Tapi, untuk dapat menggunakan sistem ini dengan baik, perawat memerlukan keterampilan teknologi yang memadai. Tentu, ini menjadi tantangan besar bagi mereka yang belum familiar dengan teknologi digital.
Namun, setiap tantangan pasti membawa peluang. Kini, perawat yang memiliki keahlian dalam teknologi digital akan menjadi lebih dicari di dunia kerja. Peluang karier bagi perawat yang menguasai teknologi sangat luas, baik di rumah sakit, klinik, hingga perusahaan teknologi kesehatan yang menyediakan solusi digital dalam dunia medis.
Baca juga: Di Tengah Badai PHK Karier Jurusan Keperawatan Tetap Stabil dan Aman dari PHK!
Digitalisasi kesehatan: Waktunya perawat naik level!
Banyak perawat, terutama yang sudah lama bekerja, mungkin masih belum terbiasa dengan teknologi. Tapi masalah ini juga bisa terjadi pada mahasiswa keperawatan yang kurang terekspos atau belum diajarkan teknologi informasi kesehatan secara maksimal di kampus.
Dengan kemudahan akses informasi, persaingan kerja perawat tidak hanya di tingkat lokal, tapi juga bisa sampai internasional. Negara-negara lain sudah lebih dulu mengadopsi sistem digital keperawatan, dan tenaga perawat dari Indonesia harus bisa bersaing dengan mereka.
Dalam dunia kerja yang makin kompetitif, perawat dengan literasi digital tinggi kini banyak dicari. Mereka tidak hanya dibutuhkan di rumah sakit dan klinik, tetapi juga berperan penting dalam pengembangan aplikasi kesehatan, integrasi sistem informasi rumah sakit, hingga layanan kesehatan digital lintas negara. Negara seperti Jepang, Arab Saudi, dan Jerman membuka peluang besar bagi perawat internasional dengan syarat mereka menguasai teknologi kesehatan.
Namun sayangnya, belum semua institusi pendidikan keperawatan menyiapkan mahasiswanya untuk tuntutan zaman ini. Banyak kampus belum mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum. Akibatnya, lulusan harus belajar ulang saat memasuki dunia kerja yang sudah serba digital.
Baca juga: Seminar Keperawatan UBSI Buka Peluang Karier Global ke Jepang!
UBSI hadir membuka peluang untuk menjawab tantangan
Menjawab kebutuhan tersebut, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) sebagai Kampus Digital Kreatif mengambil langkah strategis dengan menyatukan kekuatan bersama Akademi Keperawatan (Akper) Bina Insan untuk mencetak perawat masa depan yang siap menghadapi era digital.
Transformasi ini bukan sekadar formalitas administratif. UBSI, yang terkenal sebagai kampus berbasis teknologi, resmi membuka Program Studi Keperawatan jenjang D-3 dan S-1, sebuah langkah berani untuk mempersiapkan lulusan keperawatan yang tak hanya tangguh secara akademis, tapi juga ‘tech-savvy’ dan siap bersaing di tingkat global.
Penggabungan ini juga menjadi bukti komitmen UBSI dalam menghadapi Revolusi Industri 5.0, di mana teknologi kecerdasan buatan, big data, dan internet of things (IoT) akan semakin banyak digunakan dalam layanan kesehatan. Dengan integrasi ini, UBSI berharap dapat melahirkan generasi perawat baru yang tidak hanya tangguh secara fisik dan mental, tetapi juga adaptif terhadap perubahan teknologi.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.