Milenianews.com, Jakarta – Satu sajak pilihan karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak berjudul RUMAH TANPA TUMBUH PEPOHONAN dengan judul bahasa inggris HOUSE WITHOUT GROWING TREES telah diterbitkan dalam buku antologi puisi internasional Indonesia-India berjudul “Whisper: Interlude Of Voices” urutan nomor 17 pada halaman 39.
“Ini merupakan proses kreatif saya dalam menulis karya sastra berupa puisi untuk bisa go internasional. Setelah Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, dan Bangladesh kini karya puisi saya merambah sampai ke negeri India,” kata Lasman dalam keterangan tertulis, Kamis (28/11).
“Semoga Tuhan senantiasa memberkati karya puisi saya, bisa diterima dengan baik oleh masyarakat sastra di Indonesia dan mancanegara,” tambah pria yang karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia ini di Jakarta.
Ditulis 60 Penyair Indonesia-India sengan sentuhan hati
Buku sastra internasional ini telah diluncurkan pada Senin, 18 November 2024 lalu dalam acara the World Thinkers and Writers Peace Meet (WTWPM) di Gedung Kolkata International Foundation for Arts Literature and Culture. Peluncuran ini diselenggarakan oleh International Society for Intercultural Studies and Research (ISISAR).
Prof. Sanjukta Dasgupta, yang merupakan Dekan di Faculty of Arts, Calcutta University, berkenan melakukan peluncuran secara simbolik. Ia didampingi dua editor buku, yakni Dr. Sudipto Chaterjee dari India dan Sastri Bakry dari Indonesia.
Selain Sastri Bakry, yang merupakan penggagas buku ini, dari Indonesia juga hadir Eka Teresia dan Mira Gusvina. Beberapa penyair yang semula berniat hadir, yakni Armaidi Tanjung, Pipiet Senja, Swary Utami Dewi Isbedy Stiawan dan Nuyang Jaimie, berhalangan datang karena berbagai sebab.
Buku kumpulan puisi ini berjumlah 136 halaman, ditulis oleh 60 penyair Indonesia dan India dengan penuh sentuhan hati.
Mereka mengekspresikan berbagai hal dengan gaya masing-masing. Ada yang mengungkapkan keindahan, mengulik peristiwa di sekelilingnya, mengekspresikan kesedihan, kebahagiaan dan kerinduan, bahkan menggugat ketidakadilan.
Para penyair Indonesia yang tergabung
Selain Pulo Lasman Simanjuntak, juga ada beberapa penulis Indonesia lainnya seperti Dienullah Rayes, D. Kemalawati, Fakhrunas M.A. Jabbar, Husnu Abadi, Isbedi Stiawan Z.S, Ismet Fanany, Jose Rizal Manua, L.K Ara, Pipiet Senja, Putu Oka Sukanta, Zawawi Imron dan Swary Utami Dewi.
Ada juga beberapa penyair muda seperti Rini F. Jamrah, Nuyang Jaimee, Ahmad Cahyo Setio dan beberapa anggota SATUPENA Sumatera Barat (Sumbar). Semua puisi ini hadir bersama puisi-puisi lain dari para penyair India.
Sastri Bakry, Ketua Satupena Sumbar, dan Dr. Sudipto Chaterjee, Ketua Panitia WTWPM, mengatakan bahwa puisi bisa menyuarakan kebenaran, persahabatan, penghargaan, kedamaian dan cinta.
Karena itulah mereka dengan sungguh-sungguh mendorong dan memotivasi penyair dari masing-masing negara untuk berkarya dalam menghasilkan kata-kata, yang menggugah hati dan pikiran untuk kemanusiaan.
“Kami bekerja keras, tanpa memerhatikan waktu, pagi-siang dan malam, untuk menerbitkan buku ini. Lebih dari empat bulan kami melakukan perbaikan dan editing. Meski jarak kami berjauhan. Tak mudah memang menjadi editor buku ini, karena ada perbedaan bahasa, pengalaman, kultur dan tentu saja penafsiran. Kami bahagia karena akhirnya buku antologi ini selesai,” ujar Sastri.
Kerja sama akan berlanjut
Sementara itu, Nandita Samanta, seorang penyair, editor dan reviewer buku terkenal dari India juga turut bekerja keras dalam menyelesaikan buku ini.
“Jika ada kelemahan, kami mohon maaf. Tapi inilah yang terbaik yang bisa kami persembahkan,” ujar Dr. Sudipto sambil tersenyum saat berbicara dalam peluncuran buku tersebut.
Baca juga: Kenang WS Rendra, Teater Bhavana Pentaskan Puisi-puisi Cinta
Mereka menyebut bahwa kerja sama sastra ini akan dilanjutkan, tidak hanya berhenti pada penerbitan dan peluncuran buku tersebut. Kedepan, akan semakin banyak karya sastra dari masing-masing negara yang diterjemahkan ke berbagai bahasa. Ini sejalan dengan misi ISISAR dan SATUPENA Sumbar.
Selain itu, ini adalah bentuk dedikasi mereka terhadap dunia sastra dan budaya dunia untuk perdamaian dalam rangka saling menghormati antarbangsa.
“Para penyair selalu tak kenal lelah. Penyair bisa tetap bersuara lewat dunia kata-kata, baik untuk diri sendiri maupun untuk peradaban dunia,” pungkasnya.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.