Milenianews.com, Mata Akademisi– Spesifikasi surga telah diutarakan pada ayat-ayat sebelumnya di Surat al-Rahman. Agar kian jelas dan menarik calon penghuninya, Allah memberi gambaran lain yang lebih spesifik lagi, “Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.” (QS. al-Rahman/55: 64). Yang dimaksud hijau, bagi pengarang Tafsir Jalalain adalah hijau pekat karena saking hijaunya.
Terdapat ilustrasi menarik mengenai ayat ini. Pertama, Syaikh Nawawi menunjukkan bahwa “dua surga itu” disifati dengan warna hijau yang dominan dalam pandangan mata. Kedua, penyebab terjadinya warna hijau yang terlihat kehitam-hitaman itu, menurut al-Maraghi, karena di dua surga itu banyak mengandung air.
Diungkap al-Maraghi bahwa dua surga pertama dan dua surga kedua memiliki spesifikasi berbeda. Dua surga pertama disebutkan memiliki pepohonan dan buah-buahan. Sementara dua surga kedua terdapat tetumbuhan dan bunga-bunga harum yang hijau kehiitam-hitaman. Jadi memang beda surga untuk al-Muqarrabun dan surga untuk Ashabul Yamin.
Ketiga, Muhammad Yusuf Ali tidak membagi dua surga untuk al-Muqarrabun dan dua surga kedua lagi untuk Ashabul Yamin. Menurutnya, para penghuni surga itu akan menikmati kedua pasang surga yang hijau, lebat, dan subur dengan air yang berlimpah. Dalam menikmati kedua pasang surga itu, para penghuni surga mempunyai perasaan subjektif yang berbeda satu sama lain.
Keempat, dalam menafsirkan ayat di atas, Sayyid Quthb tampak hanya memperkuat pendapat pengarang Tafsir Jalalain dan Syaikh Nawawi. Baginya dua surga itu berwarna hjiau tua cenderung kehitam-hitaman. Kelima, al-Zuhaili menujukkan kalau dicari di dalam kamus kata “al-Dahmah” secara bahasa artinya, hitam.
Keempat, Ibnu Katsir menggambarkan kedua surga itu tampak hijau, lembut, dahannya subur, dan rindang. Semuanya menghampar seakan-akan jadi satu. Semua itu karena irigasi yang terpenuhi dengan sangat baik. Kelima, di dalam tafsirnya, al-Thabari menambahkan bahwa kedua surga itu selalu menjadi pusat perhatian dan penuh dengan kenikmatan saat memandangnya.
Inilah gambaran nikmat dari kedua surga yang menghijau kehitam-hitaman yang kembali Allah anugerahkan untuk makhluk-Nya yang bertakwa dan takut kepada-Nya. Gambaran dan spesifikasi kedua surga itu begitu jelas. Tak ada sebagian atau keseluruhan dari kedua surga itu yang patut diingkari. Apalagi Allah berulang-ulang menggambarkannya.
Sudah sepatutnya kalau kembali manusia dan jin diajukan pertanyaan, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 65). Maksudnya, tulis Muhammad Yusuf Ali, nikmat manakah yang tidak diakui oleh manusia dan jin, baik di dalam perkataan maupun perbuatan? Apabila nikmat-nikmat itu diabaikan sama saja dengan tidak disyukuri. Apabila itu terjadi siksa Allah sangat pedih.
Penulis: Dr. KH. Syamsul Yakin MA., Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.