Dua Mata Air yang Memancar

Dr. KH.  Syamsul Yakin MA. (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Mata Akademisi– Setelah Allah membincang dua pasang surga dengan spesifikasi berbeda, yakni dua surga pertama dipenuhi dengan pepohonan dan buah-buahan, sementara dua surga berikutnya dipenuhi dengan tetumbuhan menghijau yang kehitaman dan aneka bunga semerbak mewangi  (Qur’an Surat al-Rahman, Red), pada ayat berikutnya Allah membincang dua surga pertama dengan dua air yang mengalir.

Kini tiba gilirannya,  Allah membincang dua surga lagi denga dua mata air yang memancar. Inilah diversifikasi surga yang dipersiapkan Allah bagi mereka yang bertakwa dan takut kepada-Nya.

Pada ayat terdahulu Allah berfirman, “Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir.” (QS. al-Rahman/55: 50). Ini spesifikasi dua mata air di dua surga, yakni mengalir. Tentang dua mata air lagi yang berada di dua surga yang lain, Allah menjelaskan, “Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar.” (QS. al-Rahman/55: 66).

Di dalam Tafsir Jalalain diungkapkan air yang memancar itu seperti air mancur. Sementara Syaikh Nawawi menggambarkan air memancar itu maksudnya memancar dengan deras ke arah atas.

Di dalam kedua ayat di atas, ada dua mata air yang mengalir (al-Jaryu) dan ada dua mata air yang memancar (al-Nadhkhu). Sekali lagi, mereka yang termasuk kaum al-Muqarrabun berada pada dua surga dengan dua mata air yang  mengalir, sementara mereka yang termasuk kalangan Ashabul Yamin berada pada dua surga dengan dua mata air yang memancar.

Argumentasi seperti ini didasarkan pada pendapat para ahli tafsir mengenai perbedaan dua mata air yang mengalir dan dua mata air yang memancar. Pertama, Sayyid Quthb berpendapat bahwa  hanya dua mata air pada dua surga pertama yang mengalir, dua mata air pada dua surga berikutnya tidak mengalir.

Kedua, Ibnu Katsir, al-Maraghi, dan al-Zuhaili mengatakan bahwa mengalir memiliki makna lebih kuat dari memancar.  Dengan kata lain, dua mata air yang mengalir lebih baik ketimbang dua mata air yang memancar.

Berdasarkan informasi ini, bisa dipahami kalau  kaum al-Muqarrabun menempati dua surga dengan dua mata air yang  mengalr dan kalangan Ashabul Yamin menempati dua surga dengan dua mata air yang hanya memancar, tidak mengalir. Tentu mata air yang mengalir lebih eksotik, estetik serta menarik.

Ketiga, al-Thabari mengatakan bahwa selain dua mata air itu memancarkan air, banyak riwayat memberi makna yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa  dua mata air itu memancarkan kebaikan. Ada juga yang berpendapat bahwa dua mata air itu memancarkan beragam jenis buah-buahan. Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa dua mata air itu selalu terisi dan tidak pernah kering.

Terlepas dari spesifikasi dua surga dengan dua mata air yang mengalir dan memancar, pada ayat ini kembali Allah menunjukkan kemurahan-Nya kepada para hamba yang bertakwa dan takut ketika kelak berhadapan dengan-Nya untuk dihisab. Ayat ini meniscayakan mereka yang membacanya untuk terus konsisten di jalan taat dan meninggalkan sepenuhnya jalan maksiat. Dibanding dengan empat surga yang telah disampaikan, kenikmatan dunia tidak ada apa-apanya.

Seperti pada ayat-ayat sebelumnya, usai menunjukkan kemurahan-Nya yang tiada tanding dan tiada banding, Allah kembali bertanya kepada manusia dan jin, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 67). Semoga tidak ada nikmat yang telah disebutkan dan nikmat yang lainnya yang didustakan oleh manusia dan jin.

Penulis: Dr. KH.  Syamsul Yakin MA.,  Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota  Depok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *