Penyandang Bipolar Masih Dihantui Stigma Negatif

bipolar

Milenianews.com – Hari Bipolar Sedunia atau Word Bipolar Day diperingati tiap tanggal 30 Maret dan diinisiasi oleh International Bipolar Foundation (IBFT).

Peringatan Hari Bipolar Sedunia mulai dikampanyekan sejak 2014 dengan memilih tanggal lahir Vincent van Gogh.

Baca Juga : Hari Musik Nasional: Tulus Menghadirkan Lagu-lagu dengan Lirik Elegan pada Album Manusia

Mengutip dari lama resmi IBFT, Vincent van Gogh merupakan seniman penyandang bipolar. Karyanya yang spektakuler menempatkannya sebagai seniman berpengaruh dalam sejarah seni barat.  

Untuk Hari Bipolar Sedunia 2022, mengusung tema #BipolarTogether. Tema tersebut memiliki makna bahwa Bipolar membengaruhi lini kehidupan penyandangnya.

Diharapkan masyarakat luas dapat mengerti kondisi mental mereka, meski peringatan ini sudah berjalan 8 tahun.

Nyatanya, banyak masyarakat Indonesia menaruh stigma negatif kepada penyandang Bipolar. Seperti menyamakannya dengan orang gila. 

Baca Juga : Belajar Bahasa Gaul Jaksel dari Akun @podcastkeselaje

Apa Itu Bipolar ? 

Gangguan Bipolar (GB) paling sederhana terjadi ketika perasaan, cepat sekali berubah, mendadak gembira namun tiba-tiba sedih.

Menurut Prof Sasanto, pada seminar Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2013, penyandang Bipolar mengalami dua fase dalam hidupnya.

Fase pertama (manik) atau senang yang berlebihan, pada fase ini penyandang merasa percaya diri, hiperaktif, dan mudah bergaul.

Lalu fase kedua (depresif) atau sedih yang berlebihan. Penyandang akan menarik diri dari lingkungan lalu menyendiri untuk merenung.

Sehingga, dapat kita ketahui bahwa Bipolar berbeda dengan “orang gila”, karena penyandang Bipolar masih bisa beraktivitas namun moodnya yang kadang berubah.

Mengapa Stigma Negatif Masih Berkembang di Masyarakat?

Stigma yang berkembang akhirnya mempengaruhi keseharian penyandang Bipolar. Seperti enggan untuk berkonsultasi di Rumah Sakit Jiwa. 

Menurut dr. Nurmiati Amir, Sp. KJ. Selaku Wakil Ketua Sie Bipolar dan Gangguan Mood, Bipolar dianggap memalukan bagi penyandangnya, keluarga bahkan rumah sakit jiwa. 

Ditambah dengan penolakan terhadap obat-obatan terbaru, sehingga masih banyak yang menangani pasien dengan cara dipasung. Padahal cara tersebut sudah kuno dan menghambat pengobatan. 

Baca Juga : Kenali Apolecia Beserta Gejalanya, Bukan Rontok Biasa!

Begitu besar beban penyandang Bipolar hingga ia harus memendam penyakitnya sendiri, mencoba hidup normal di keadaan yang darurat.

Oleh karena itu, dengan adanya peringatan Hari Bipolar Sedunia menjadi harapan baru bagi penyandang agar mendapat perlakuan yang lebih baik.(Reporter 2)

 

Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *