Puisi  

Ruh, Genosida Rakyat Palestina

ruh-genosida-rakyat-palestina

Oleh: Arsiya Oganara

Ruh, bayi cantik lahir dari rahim sang ibu  hamil dua ratus sepuluh  hari. Ajaib, Ruh terselamatkan saat nyawa sang ibu menuju langit akibat dentumam bom pada malam itu.1)

Ruh, menyapa dunia dengan darurat beserta seribu empat ratus gram tubuhnya, nama itu disematkan kakak tercinta yang telah tiada bersama keluarga lainnya.

Serangan dahsyat tak hanya satu nyawa, tetapi belasan raga lenyap seketika, tanpa ada yang bisa menghentikannya.

Ruh, kemanakah tubuh mungil akan pergi?

Ke keluarga, bibi serta paman atau kakek dan nenek? Inilah tragedi terbesar, dia terlahir tanpa ayah dan ibu, sebatang kara nestapa dirasa.

Kekuatan militer meluluhlantakkan semua yang ada sampai rata dengan tanah, tiada kehidupan dan kosong.

Mereka begitu congkak, mengungkapkan tujuan utama, bumi hanguskan komplek militer, pos peluncuran dan orang-orang bersenjata. Namun semua itu semu hanya keluarga Ruh, wanita, dan anak-anak yang jiwa tercerabut dari tubuhnya.

Kamp pengungsi dan evakuasi lakon mengawali hari. Berada di persimpangan jalan dalam kelamnya malam. Gamang tiada akhir selalu mengemuka, keberlangsungan tarikan napas menghantui.

Bising suara sirene ambulans memilukan ditengah malam sunyi. Tiba-tiba gemuruh serangan bom benar-benar menyeramkan. Orang-orang lari tungang langgang mencari perlindungan, berteriak, menagis, terluka, centang perenang, dan mati syahid.

Manusia dan dunia, mengapa kau diam sejuta kata? Seakan mata buta, telinga pekak, lidah kelu dan beku, rasa pun ikut mati suri.

Mata tak lagi melihat tubuh-tubuh tanpa dosa bersama reruntuhah bangunan, telinga tiada mendengar tangis bayi dan anak-anak menyayat hati, jeritan pilu para wanita, serta rintihan pedih tua renta.

Lidah kaku celotehkan belasungkawa, kutukan dan desakan hanya angin sepoi-sepoi. Bau amis darah manusia tak tercium. Rasa kemanusiaan lenyap dibawa topan kesombongan dan keserakahan akan kekuasaan dunia.

Dahulu, Palestina negara yang dibekahi. Hidup rukun, damai, dan tentram bersama siapa saja yanga ada di sana. 2)

Ketika campur tangan durjana menorehkan luka berkepanjangan bagi Palestina. Tanah air dipaksa dibagi dua dengan Yahudi.

Maka, mulailah tragedi kemanusiaan berlarut-larut. Israel mencengkeram kebangsaan dan kebebasan Palestina.

Hingga kini konflik terus berlanjut, segala daya upaya seakan sirna. Mana hak asasi manusia?

Rakyat Palestina dipaksa berada di penjara terbuka. Sandang, pangan, dan pendidikan dibatasi, turun drastis capai titik nadir, hak hidup dirampas rezim zionis Israel.

Ingat! Dunia fana, semua akan kembali terbungkus dan terbujur. Tiada kebaikan yang kau tinggalkan, azab dan siksa abadi menanti.

Di mana kuasamu, semua gelap, tiada dukungan dan sanjungan seperti sedia kala, dirimu sebatang kara tiada daya dan upaya.

Genosida di Palestina melenyapkan jati diri semua usia dan garis keturunan juga tanah kelahiran. Impian dan harapan kembali pada kebangsaan harus segera diwujudkan. Palestina merdeka!

Bandar Lampung, Senin 2 Desember 2024

 

Catatan kaki:

1). republika.co.id

2). umsb.ac.id

 

Profil Penulis:

Arsiya Heni Puspita – Arsiya Oganara adalah nama penanya. Lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi dengan hobi membaca dan traveling. Hobi ini pula yang mengantarkannya menjadi jurnalis profesional yang sudah mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) serta Professional Tourist Guide dan Professional Tour Leader, Licensed and Certified dari Disparekraf DKI Jakarta dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Saat ini mulai merambah ke dunia sastra dan kegemarannya menulis tersalurkan dengan menulis cerpen, puisi, puisi esai, dan lainnya.

Arsiya Oganara sangat senang bertemu dengan orang baru. Persahabatan bisa dilakukan melalui medsosnya. FB; Arsiya Heny Puspita. IG: arsiyahenyhdl. Email: [email protected].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *