Oleh: Arsiya Oganara
Berawal dari serangan tujuh Oktober dua ribu dua puluh tiga, menjadi semaian bibit kekejaman penjajah zionis Israel, bombardir rumah, sekolah, fasilitas kesehatan sampai kamp pengungsi.
Bayi yang baru menghirup udara dunia tak luput dari serangan itu, anak-anak, wanita dan para tua renta meregang nyawa.
Pengosongan paksa area pemukiman merupakan hal biasa, zionis lsrael wujud manusia namun sejatinya iblis durjana.
Detik ini, empat ratus enam puluh hari lebih puing-puing kehancuran Gaza terus berlanjut, semua tegak berdiri hancur lebur tiada tersisa.
Saat ini, lebih dari empat puluh lima ribu delapan ratus jiwa melayang ke angkasa, ini bukan hanya angka tetapi nyata.
Genosida memelukai dunia, kebengisan lsrael menguak luka berdarah-darah. Sayatan kelam sejarah manusia tak patut terlupakan.
Gencatan senjata bualan belaka, angin sepoi pembalut kekejaman penjajah agar manusia berpaling dari ingatan.
Awal tahun dua ribu dua puluh lima, lima belas Januari perjanjian lembaran baru genjatan senjata disepakati.
Tak kurang tiga hal terulis di perjanjian itu. Pembebasan tahanan, akses bantuan kemanusiaan memasuki Gaza, penarikan mundur pasukan penjajah.
Namun, belum sampai pada pelaksanaan kesepakatan sembilan belas Januari dua ribu dua puluh lima, penjajah masih saja menunjukkan keberutalannya.1)
Seharusnya, pertukaran tahanan dan sandera awali perdamaian dunia, tiada lagi pelanggaran setelahnya.
Selayaknya, bantuan solidaritas kemanusian mengalir deras tanpa halangan dan rintangan, Gaza bergerak bebas dan bangkit dari keterpurukan.
Palestina, negeri para nabi, tempat sahabat utama Rasulullah, al Aqsho nan jauh lambang negeri diberkahi.
Doa pada-Nya, pertolongan, dan kemenangan menggema sejagad raya. Kedaulatan Palestina kunci utama penghapus genosida.
Palestina Merdeka!
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.