Milenianews.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada tahun 2023 terdapat sekitar 9,9 juta penduduk generasi muda usia 15-24 tahun di Indonesia yang tidak bekerja dan tidak sedang sekolah, yang sering disebut dengan istilah NEET (Not in Employment, Education, and Training). Jumlah ini setara dengan 22,25 persen dari total populasi usia muda di Indonesia.
Melansir dari Kompas, Minggu (19/5), secara rinci, dari total 9.896.019 generasi muda yang tergolong NEET pada Agustus 2023, terdapat perbedaan signifikan berdasarkan jenis kelamin.
NEET perempuan mencapai 5,73 juta orang atau 26,54 persen dari total generasi muda perempuan. Sementara itu, jumlah NEET laki-laki sebanyak 4,17 juta orang atau 18,21 persen dari total generasi muda laki-laki.
Badan Pusat Statistik: Umur produktif 20-24 tahun jadi kelompok umur terbanyak yang pengangguran dan tidak sekolah
Jika ditinjau dari golongan umur, kelompok usia 20-24 tahun merupakan yang paling banyak tergolong NEET, yaitu mencapai 6,46 juta orang. Sedangkan, kelompok usia 15-19 tahun yang tergolong NEET berjumlah 3,44 juta orang.
Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas generasi muda yang tergolong NEET adalah lulusan sekolah menengah atas (SMA) dengan jumlah 3,57 juta orang. Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang tergolong NEET mencapai 2,29 juta orang, disusul oleh lulusan sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 1,84 juta orang, dan lulusan sekolah dasar (SD) sejumlah 1,63 juta orang.
Sedangkan lulusan universitas yang tergolong NEET berjumlah 452.713 orang dan lulusan diploma sebanyak 108.464 orang.
Badan Pusat Statistik mendefinisikan NEET sebagai penduduk usia 15-24 tahun yang berada di luar sistem pendidikan, tidak sedang bekerja, dan tidak sedang menjalani pelatihan.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan generasi muda masuk ke kelompok NEET ini, termasuk putus asa dalam mencari pekerjaan, disabilitas, kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, serta kewajiban rumah tangga.
Masalah NEET ini menjadi perhatian serius mengingat dampaknya yang luas pada ekonomi dan sosial. Ketidakaktifan generasi muda dalam kegiatan produktif dapat menurunkan potensi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan beban sosial.
Baca juga: Warga Di Korsel Memilih Jomlo Dan Tidak Menikah, Kenapa?
Oleh karena itu, diperlukan strategi dan kebijakan yang efektif untuk mengatasi masalah ini, seperti meningkatkan akses pendidikan dan pelatihan, menyediakan peluang kerja yang lebih baik, dan memperbaiki infrastruktur transportasi serta akses terhadap informasi.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.