News  

Refleksi Ibadah Qurban dan Tantangan Antroposentrisme: Perspektif dari Sydney

Umat Islam di New South Wales, menggelar shalat Idul Adha di kawasan Punchbowl Sydney,  Australia, Ahad (16/6/2024), dengan imam Al-Hafidz Ustadz Toriq Jamil Lc dan  khatib Ustadz Shaifurrokhman Mahfudz, Lc, M.Sh. Ph.D selaku Board of Imam CIDE (Center of Islamic Dakwah and Education) New South Wales sekaligus anggota The Australian National Imams Council (ANIC). (Foto: Dok CIDE)

Milenianews.com, Sydney– Nabi Ibrahim AS tidak hanya menemukan kebenaran melalui pencarian intelektual, tetapi juga menjadikannya sebagai prinsip hidup yang fundamental. Ia mengajarkan pentingnya menempatkan Allah sebagai pusat dari segala sesuatu, bukan manusia. Namun, saat ini, manusia dihadapkan pada tantangan serius yaitu pandangan antroposentrisme yang memunculkan relativisme moral, di mana nilai-nilai fundamental tergantikan oleh keinginan sesaat. Hal ini mengaburkan batas antara yang baik dan buruk, yang benar dan salah, sehingga merusak tatanan moral masyarakat. Distorsi pandangan dunia semacam ini mengorbankan keyakinan dan praktik agama yang otentik.

Pesan utama tersebut disampaikan dalam Khutbah Idul Adha pagi tadi, Ahad, 16 Juni 2024 di kawasan Punchbowl Sydney,  Australia. Khutbah yang disampaikan dalam dua bahasa; Indonesia dan Inggris dengan tema The Main Message of Qurban: Manifestation of Faith, Sacrifice and Social Change (Pesan Utama Qurban: Manifestasi Tauhid, Pengorbanan dan Perubahan Sosial) dihadiri tidak kurang dari 3.000 jamaah. Mulai pukul 7.45 waktu setempat, pelaksanaan Shalat Idul Adha telah diselesaikan dengan penuh khidmat dengan imam Al-Hafidz Ustadz Toriq Jamil Lc. Adapun khutbah Idul Adha disampaikan oleh Ustadz Shaifurrokhman Mahfudz, Lc, M.Sh. Ph.D selaku Board of Imam CIDE (Center of Islamic Dakwah and Education) New South Wales sekaligus anggota The Australian National Imams Council (ANIC).

Sebelum prosesi shalat ied berlangsung, H. Herman Rahman selaku President CIDE mengapresiasi penyelenggaraan ibadah shalat Idul Adha yang diikuti oleh umat Islam di New South Wales dan diramaikan dengan bazar makanan dan minuman, jumping castle, dan aktivitas komunitas muslim lainnya yang cukup semarak. Sementara itu, Abdul Nazar selaku perwakilan Konsulat Jenderal Republik Indonesia untuk New South Wales, Queensland, dan South Australia, dalam sambutannya, mengajak masyarakat secara luas, khususnya diaspora Muslim untuk bisa meneladani pesan-pesan utama dalam ibadah qurban yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS dan puteranya, Nabi Ismail AS.

Sejalan dengan himbauan tersebut, dalam khutbahnya, Ustadz Shaif mengingatkan, sebagai individu yang meyakini kedaulatan Allah, umat Islam dituntut untuk bersatu dan menghadapi tantangan ini dengan tegas. “Kekuatan tauhid diyakini dapat memperkokoh integritas moral dan spiritual serta melindungi nilai-nilai agama dari pengaruh destruktif antroposentrisme,” kata Ustadz Shaif dalam rilis yang diterima Milenianews.com.

Sebagaimana diketahui, antroposentrisme adalah pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat atau titik fokus utama dalam segala hal, terutama dalam konteks nilai atau pentingnya sesuatu. Ini adalah pandangan yang telah mendominasi sejarah pemikiran manusia dalam berbagai bidang, termasuk agama, filosofi, ilmu pengetahuan, dan budaya.

Tidak Mudah

Meski demikian, kata Ustadz Shaif, menerapkan hidup yang berpusat pada Allah di tengah masyarakat multikultur seperti Australia, tidaklah mudah. “Perlu keteguhan iman dalam menghadapi ambiguitas moral, yakni dengan dengan memprioritaskan nilai-nilai kemurahan hati, kasih sayang, dan kerendahan hati,” ujarnya.

Tradisi kenabian mengajarkan bahwa Allah itu indah dan menyukai keindahan, serta kelembutan memperindah segala sesuatu. Di era kekerasan, kebencian, dan rasisme, penting bagi Muslim untuk menjauhi fasisme dan kemarahan yang tidak rasional.

Ia lalu mengutip seorang filsuf muslim, Ibnu Rusydi  yang mengingatkan, Ignorance leads to fear, fear leads to hatred, and hatred leads to violence; Ketidaktahuan mengarah pada ketakutan, ketakutan mengarah pada kebencian, dan kebencian mengarah pada kekerasan.

“Karena itu, umat Islam harus membuka hati kepada sesama dan merangkul persaudaraan sebagai bagian terpenting dalam ajaran Islam. Malcolm X mencontohkan persaudaraan universal manusia setelah perjalanan hajinya di Mekkah, menolak rasisme yang memicu penderitaan,” kata Ustadz Shaif.

Baca Juga : Sharing Session AIPSSA di Perth,  Australia, Prof. Rokhmin Paparkan 4 Peran yang Harus Dilakukan Diaspora Indonesia

Ia menegaskan, rasisme adalah akar dari begitu banyak penderitaan dan konflik di dunia ini, karena keyakinan akan superioritas golongan atas yang lain. “Contoh yang paling nyata saat ini adalah bangsa Palestina yang terus menghadapi penderitaan akibat kebiadaban dan genosida yang dilakukan oleh zionis Israel,” ujarnya.

Islam menolak ideologi sesat tersebut dan mengajarkan ikatan suci kemanusiaan bersama. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa semua manusia berasal dari satu bapak dan hanya ketakwaan yang membedakan. “Kita harus memegang ajaran ini dan berjuang untuk dunia yang lebih adil dan penuh kasih sayang”, ujar Ustadz Shaif yang meraih gelar PhD di School of Law Western Sydney University Australia.

Pesan penting lainnya dalam ibadah qurban adalah adanya penguatan takwa dan penghambaan kepada Allah yang mendorong perwujudan solidaritas dan berkontribusi pada perubahan positif dalam masyarakat. “Pengorbanan dalam berbagai aspek kehidupan dapat memperkokoh iman dan mewariskan kebaikan kepada generasi mendatang,” tuturnya.

Dakwah Islam di Australia

Dalam konteks dakwah Islam di Australia, kata Ustadz Shaif,  kaum Muslim perlu terus melakukan  langkah-langkah perbaikan, sekurang-kurangnya dalam tiga langkah; Pertama, pentingnya menghayati dan mengamalkan makna persaudaraan sebagai Muslim.

“Hal ini menegaskan perlunya merawat hubungan baik antar sesama Muslim, menyelesaikan konflik dengan adil, serta mempertahankan persatuan dalam kerangka takwa kepada Allah. Saling mengasihi, melindungi, dan memberikan bantuan dalam kebaikan menjadi bagian integral dari tindakan kita sebagai umat Islam,” paparnya.

Baca Juga : Atdikbud Gandeng FBS UNJ Promosi Indonesia di Sekolah Canberra

Kedua, peningkatan pendidikan dan ekonomi dimana pendidikan berkualitas dan penguatan ekonomi umat adalah dasar untuk membangun masyarakat yang maju dan adil.

Ketiga, mempersiapkan generasi tangguh yang mumpuni dalam sains, ilmu agama, dan kewirausahaan untuk memastikan masa depan umat yang kuat dan kompetitif, serta menguasai sektor-sektor strategis di Australia. “Dengan semangat kebersamaan, ketiga langkah tersebut diyakini dapat memperkuat fondasi kehidupan umat Muslim dan memberikan dampak positif yang signifikan, baik di tingkat lokal maupun global, pungkas Shaif yang merupakan co-founder sekaligus Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Australia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *