Milenianews.com, Bekasi – Generasi Z (Gen Z), yang dikenal sebagai generasi yang tumbuh di era digital, lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini menghadapi tantangan besar terkait ketangguhan mental mereka. Seiring dengan meningkatnya tekanan sosial dan lingkungan, banyak dari mereka menunjukkan kecenderungan untuk mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tekanan dari media sosial dan ekspektasi tinggi dari lingkungan sekitar, menjadi faktor utama yang membuat Gen Z lebih rentan. Tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya sering kali membuat mereka merasa terbebani, bahkan ketika berada di dunia nyata.
Baca juga: Talkshow Communiverse 2024: Bahas Karier Gen Z di Era Digital
Fandi Faturrahman, seorang mahasiswa dari kalangan Gen Z menjelaskan bahwa Gen Z tumbuh dalam lingkungan yang serba instan.
“Menurut gue, mereka tuh terbiasa mendapatkan hasil dengan instan, baik itu dalam hal informasi, hiburan, atau pencapaian pribadi. Jadinya, ketika mereka harus menghadapi ujian atau cobaan lah bahasanya, terutama yang perlu waktu dan usaha, mereka gampang merasa frustrasi dan akhirnya menyerah,” jelasnya dalam wawancara singkat, pada Kamis (22/8).
Ia menambahkan bahwa perilaku mudah menyerah ini tidak hanya memengaruhi kehidupan pribadi Gen Z, tapi juga berdampak pada kinerja mereka di tempat kerja dan pendidikan.
“Para pekerja muda dan siswa dari generasi ini, sering banget ngeluh dan bilang gak mampu buat bertahan dalam situasi dan tekanan yang sulit, bikin mereka jadi kurang produktif secara keseluruhan,” ujarnya.
Fandi juga mengamati bahwa perilaku ini paling sering muncul ketika Gen Z menghadapi kegagalan pertama dalam upaya mencapai suatu tujuan. “Pas pertama kali mereka gagal, ntah itu dalam hal ujian atau pekerjaan, banyak dari mereka tuh langsung ngerasa ah gak sesuai ekspektasi, males, dan akhirnya udahan berhenti gitu aja,” ungkapnya.
Fenomena ini paling sering terjadi di lingkungan akademis dan tempat kerja. “Contohnya di sekolah deh, siswa Gen Z ini cenderung gampang menyerah pas nilai mereka turun dan gak memenuhi ekspektasi. Tapi gak ada greget buat kejar nilai yang mereka mau gitu. Di dunia kerja juga sama, mereka cepat ngerasa terbebani kalau pekerjaan yang mereka lakukan itu hasilnya gak sesuai dan gak instan,” tambahnya.
Keunggulan Gen Z, ternyata ada juga
Namun, penting untuk dicatat bahwa Gen Z juga memiliki keunggulan dalam beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dan teknologi, serta kemampuan untuk berpikir kritis dan inovatif. Mereka sering kali menjadi pelopor dalam inovasi dan perubahan sosial, menunjukkan potensi besar untuk mengatasi tantangan di masa depan.
Fandi menjelaskan bahwa perbedaan utama antara Gen Z dan generasi sebelumnya adalah bahwa generasi sebelumnya dibesarkan dalam lingkungan yang menekankan ketekunan dan kesabaran, sementara Gen Z hidup dalam era digital yang mendorong kepuasan instan.
“Jadi gen z ini ketika realita nya gak sesuai sama harapan mereka, sering banget ngeluh bilang gak sanggup lah, gak kuat lah, kena mental lah pas menghadapi tugas dan beban itu,” ceritanya, antusias.
Baca juga: Generasi Z Krisis Kesehatan Mental?
Untuk mengatasi fenomena ini, Fandi menyarankan agar Gen Z diberikan lebih banyak dukungan dalam mengembangkan ketahanan mental mereka.
“Sangat penting ya untuk para orang tua terutama, juga pendidik, dan pemberi atau pembuka lapangan kerja untuk bantu generasi ini memahami kalau gagal itu hal biasa. Gagal itu bagian alami dari proses belajar, wajar lah awal nyoba gagal atau hasilnya kurang bagus, namanya juga belajar. Mereka harus terbiasa akan hal itu dan juga keberhasilan itu memerlukan waktu serta usaha yang konsisten. Gak bisa instan lamgsung jadi. Kita masak mie yang katanya instan aja butuh waktu kan, masa ini berjuang tapi gamau ada usaha sama sekali?,” tutupnya.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.