Mahasiswi UBSI Pontianak Juara 1 Lomba PCTA tingkat Nasional 2019

Milenianews.com, Pontianak – Rosmina dan Fransiska Adriana kembali menorehkan prestasi membanggakan. Mereka merupakan mahasiswi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) kampus Pontianak.

Keduanya berhasil menjadi juara 1 Lomba Parade Cinta Tanah Air (PCTA) 2019 tingkat nasional, yang digelar di Bali, 9-12 September 2019.

Sebelumnya mereka berhasil menjadi juara di tingkat provinsi, dan berhasil mewakili provinsi mereka sendiri, Kalbar (Kalimantan Barat) dalam Lomba PCTA tingkat nasional 2019.

Baca Juga : Sambut Mahasiswa Baru, UBSI Gelar Semot Dengan Konsep Berbeda

PCTA sendiri merupakan lomba yang digelar oleh Kementrian Pertahanan RI. Tujuannya untuk menumbuhkan rasa cinta generasi muda terhadap tanah air. Dengan target peserta dari kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia.

Para peserta, diwajibkan membawa hasil karya inovasinya sendiri yang menjadi produk khas dari daerahnya masing-masing.

Rosmina dan Fransiska, menghadirkan syal tenun khas dayak berbasis serat daun nanas. Mereka berhasil membuat syal tenun Dayak dengan bahan limbah daun nanas yang dijadikan serat.

Mereka berhasil berinovasi dengan mengkombinasikan antara benang wool, benang jahit dan serat daun nenas

“Mereka membawa syal tenun khas Dayak yang merupakan khas nya dari Kalbar, khususnya di Kapuas Hulu,” kata Nurmalasari,S.E, MM selaku dosen pembimbing mereka, Kamis (12/09).

Perihal ditanyakan kenapa memilih syal tenun, Nurmalasari menyebut karena keduanya berasal dari suku Dayak.

“Yang jelas sebagai dosen pembimbing merasa bangga melihat prestasi mereka mempunyai kreatifitas.Mereka menjadi salah satu mahasiswa UBSI yang bisa berinovasi menghasilkan karya yang luar biasa,” tambahnya.

Harapannya kini, ingin keduanya tak merasa puas, namun lebih bisa mengembangkan produk dengan membuat berbagai macam syal tanpa menghilangkan ke-khasan nya.

Total Hadiah 40 juta rupiah


Foto : UBSI Pontianak

 

Sementara Rosmina mengatakan ide membuat syal tenun khas Dayak ini, terinspirasi dari keluarga. Ia menyebut sebagian besar warga di kampung halamannya adalah pengrajin tenun.

“Di kampung halaman saya memang banyak pengrajin tenun Dayak. Mereka menenun dengan alat tradisional. Saya terpikir, mengenalkan syal khas Dayak ini ke mancanegara bukan sesuat yang mustahil,” katanya kepada Milenianews, Kamis (12/09).

Produk yang diperlombakan, merupakan produk yang sudah jadi. Namun Rosmina telah menyiapkan dan membawa alat tenun mini. Mereka berdua bisa mendemokan cara pembuatan syal yang mereka tampilkan.

“Kami memang sudah menyiapkan semuanya. Kami juga membawa alat tenun mini dan langsung mendemokan cara pembuatannya disana. Mungkin itu juga menjadi nilai plus dari juri, karena syal yang kami bawa benar-benar buatan kami sendiri,” ujarnya.

Baca Juga : Tiga Gedung Baru UBSI Digunakan Mahasiswa Baru

Dengan bahan inovasi, dari serat daun nanas, mereka berhasil menyihir para juri dengan kreatifitas mereka membuat syal tenun khas Dayak yang elegan dengan kombinasi motif khas Dayaknya.

Mendapat predikat juara 1 membuat mereka berhasil membawa hadiah uang tunai senilai IDR 40 juta. “Saya harap dengan hasil ini, bisa lebih mengembangkan syal tenun khas Dayak dari daerah saya. Tentu saya sangat bangga dan ini bukti kecintaan saya terhadap budaya saya sendiri,” paparnya. (Ikok)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *