Aqila, mahasiswi semester dua di Program Studi (Prodi) Sistem dan Teknologi Informasi Cyber University, awalnya pikir kuliah di jurusan IT itu bakal cuma mainan coding dan teori. Tapi satu tahun di sini malah bikin dia mikir ulang soal masa depan, cara kerja, bahkan cara dia ngeliat dunia.
Milenianews.com, Jakarta – “Awalnya aku kira kuliah IT tuh bakal kaku, banyak teori, tugas-tugas textbook gitu. Tapi nyatanya… malah hidupku yang dibedah pelan-pelan,” kata Aqila, sambil senyum kecut, setengah geli, setengah takjub kepada Milenianews.com, Rabu (25/6).
Mahasiswi jurusan Sistem dan Teknologi Informasi di Universitas Siber Indonesia atau Cyber University itu nggak nyangka kalau dari semester satu, dia udah harus mikirin prototipe aplikasi, analisis kebutuhan sistem, sampai pitching kayak mau presentasi ke investor beneran. Bukan cuma belajar cara bikin kode, tapi juga cara mikir.
Ironisnya, kuliah berbasis siber yang katanya online dan “jauh dari sentuhan” justru bikin dia ngerasa lebih “nyata” dari sistem pendidikan yang pernah dia kenal sebelumnya.
Baca juga: “Ganteng Tapi Tawuran? Males, Masa Depan Kamu Suram!”, Curhat Cika, Siswi SMKN 41 Jakarta
Bukan Cuma Soal Nilai, Tapi Soal Nalar dan Naluri
Di Prodi Sistem dan Teknologi Informasi Cyber University punya cara main yang beda. Dengan sistem pembelajaran 60% tatap muka, 40% daring, mahasiswa diajak ngerasain fleksibilitas belajar digital tanpa kehilangan sentuhan manusia.
“Kami disuruh nyari masalah nyata di lapangan. Terus diminta bikin solusi pakai pendekatan sistem informasi. Rasanya kayak lagi kerja di startup beneran,” jujurnya tanpa filter.
Kurikulumnya pun nggak nanggung, selaras dengan perkembangan teknologi terkini. Dari Internet of Things (IoT), Big Data, Cyber Security, Artificial Intelligence (AI) sampai UI/UX, semuanya dihadirkan dalam model project-based learning yang bikin mahasiswa nggak cuma ngerti teori, tapi juga tahu gimana cara hidup dari skill yang mereka punya.
Tiap tugas bukan sekadar angka, tapi pengalaman. Diskusi panas, kerja kelompok penuh debat, sampai presentasi yang kadang bikin deg-degan, semua itu jadi menu harian. Di sinilah mahasiswa dilatih bukan cuma jadi cerdas, tapi juga adaptif, komunikatif, dan tahan mental.
Belajar Online, Tapi Nggak Kosong
Yang bikin Aqila makin betah, justru hal yang paling sering diremehkan dari kampus berbasis teknologi, “rasa kebersamaan”.
“Walaupun ini universitas berbasis siber, aku tetap merasa punya komunitas. Dosennya aktif, temennya suportif, dan kita sering ngerjain proyek bareng. Jadi nggak ngerasa kayak belajar sendirian,” ucapnya.
Di balik layar laptop dan jaringan internet, ada ruang-ruang belajar yang hangat. Hubungan yang dibangun di Prodi Sistem dan Teknologi Informasi Cyber University bukan sekadar relasi akademik, tapi juga support system yang bikin mahasiswa merasa dilihat dan didengar.
Baca juga: Dulu Cuma Anak Magang, Sekarang Jadi Andalan BRI, Kisah “Ajeng” yang Nggak Mau Cuma Jadi Penonton
Refleksi: Teknologi Memang Penting, Tapi ‘Rasa’ Lebih Menyambung
Perjalanan Aqila di Prodi Sistem dan Teknologi Informasi Cyber University membuktikan satu hal: pendidikan digital bukan sekadar soal alat, tapi soal pendekatan. Di tempat ini, teknologi bukan memisahkan, tapi justru menyambungkan, antara teori dan praktik, antara logika dan rasa, antara masa kini dan masa depan.
Dan ya, siapa sangka, seorang mahasiswi yang awalnya cuma pengin belajar “cara ngoding”, sekarang malah belajar jadi manusia utuh, seperti terinstal ulang. Bisa mikir sistem, juga peka dengan masalah sekitar.
Kalau kamu pikir Cyber University itu dingin dan sepi, mungkin kamu cuma belum ketemu tempat yang ngerti caranya bikin mahasiswa tetap tumbuh dengan cara yang manusiawi.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.