Hormati Kematian, ini dia Tradisi Unik yang hanya ada di Indonesia

Upacara Pemakaman tradisional adat di indonesia

Milenianews.com – Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keragaman budaya, suku, ras, etnis dan bahasa yang berasal dari berbagai daerah. Setiap daerah memiliki suku dengan tradisi unik yang masih dijaga kelestariannya hingga sekarang, salah satunya saat merayakan momen duka cita atau kematian. Untuk menghargai atau menghormati orang yang telah pergi banyak tradisi yang dilakukan dari berbagai daerah.

Berikut beberapa tradisi unik suku-suku di Indonesia dalam menghormati sanak kerabat yang meninggal:

Baca Juga : Seniman Betawi Berjuang Jaga Tradisi di Tengah Pandemi

1. Tradisi Potong Jari

Foto : Jumlah jari yang dipotong menunjukkan jumlah keluarga yang sudah meninggal.

Untuk menunjukkan rasa duka cita akibat kehilangan sanak keluarga, Suku Dani yang mendiami pedalaman Papua memiliki tradisi yang tergolong ekstrem. Menurut suku Dani, menangis saja tidaklah cukup untuk melambangkan kesedihan akibat kehilangan anggota keluarga. Mereka akan memotong jari untuk menunjukkan rasa sedih akibat kehilangan.

Setiap jari yang dipotong menunjukkan anggota keluarga mereka yang telah meninggal dunia. Jari dianggap sebagai simbol keharmonisan, persatuan, dan kekuatan serta lambang hidup bersama sebagai satu keluarga, satu rumah, dan satu marga.

2. Ngaben

Foto : Upacara Ngaben di Bali.

 

Ngaben adalah upacara pemakaman yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali dengan cara membakar jenazah bersamaan dengan patung, bunga, persembahan dan benda lainnya.

Jenazah yang telah dibakar, abunya akan diambil dan dihanyutkan kesungai sebagai simbol mengikhlaskan Sang Atma (roh) dari duniawi agar mudah bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam).

Keunikan dari tradisi ini berhasil mengundang wisatawan asing untuk antusias mengikuti alur rangkaian acara.

3. Ritual Tiwah

Foto : Ritual Tiwah dilaksanakan selama 40 hari.

Ritual Tiwah adalah proses menyucikan jiwa dan sisa jasad dari liang kubur agar arwah orang yang telah meninggal pergi ke surga atau Lewu Tatau. Tradisi ini tergolong sakral bagi suku Dayak untuk melepaskan rutas (kesialan) bagi keluarga yang dtinggalkan dari berbagai pengaruh buruk.

Ritual ini membutuhkan biaya yang sangat besar karena disajikan dengan acara tari-tarian, musik, pemotongan hewan kurban dan suara gong yang berlangsung selama kurang lebih 40 hari. Bahkan masyarakat yang melangsungkan upacara ini, sampai menghabiskan biaya ratusan juta rupiah.

Puncak upacara Tiwah ini adalah mengumpulkan tulang belulang yang telah disucikan untuk dimasukkan ke dalam Sandung atau tempat penyimpanan tulang dengan diawali proses penombakan hewan kurban.

4. Tradisi Pemakaman Suku Minahasa

Foto : Pemakaman Suku Minahasa.

Waruga, sebutan batu yang digunakan suku Minahasa untuk menyimpan jenazah kerabatnya berfungsi sebagai peti mati. Posisi jenazah yang dimasukkan ke dalam waruga harus menghadap ke arah utara dengan kaki ditekuk sehingga membentuk kepala yang mencium lutut.

Menghadapkan jenazah ke utara menyimbolkan bahwa nenek moyang suku tersebut berasal dari utara. Waruga juga memiliki relief yang menggambarkan profesi dari jenazah sebelum meninggal. Namun, hanya warga yang memiliki status sosial saja yang layak melakukan pemakaman ini.

Baca Juga : Pandemi Corona Membuat Pagelaran Safari Budaya Pangandaran Diundur

5. Passiliran

Foto : Kuburan Bayi di Tana Toraja.

Passiliran adalah tradisi penguburan bayi berusia dibawah 6 bulan dengan cara menanam jasad bayi tersebut kedalam sebuah batang pohon. Kuburan Bayi ini berada di Kambira, Tana Toraja yang memiliki banyak tempat wisata.

Bayi yang masih berusia 6 bulan dianggap masih suci dan belum memiliki dosa sama sekali. Proses pemakaman ini pun diibaratkan, bayi tersebut kembali pada rahim ibunya. Bayi yang boleh mengikuti tradisi passiliran adalah bayi yang belum memiliki gigi. Sedangkan pohon yang dipilih adalah pohon tarra karena dapat menjulang tinggi keatas dan memiliki banyak getah yang diibaratkan air susu ibu. Semakin tinggi jenjang strata sosial yang dimiliki bayi, maka semakin tinggi pulak bayi akan ditempatkan di pohon tarra.

7. Pemakaman Trunyan

Foto : Kuburan Trunyan di Bali, dimana banyak mayat dan sisa tulang belulang diatas tanah.

Trunyan merupakan sebuah desa di Bali yang memiliki memiliki pemandangan horror karena akan ditemukan tumpukan mayat-mayat yang hanya digeletakkan diatas tanah begitu saja. Uniknya, mayat yang hanya diletakkan dipermukaan tanah ini tidak menimbulkan bau busuk karena telah terserap oleh pohon trunyan. Pohon taru menyan (trunyan) memiliki wangi semerbak bahkan menurut mitos harumnya tercium hingga pulau Jawa.

8. Rambu Solo’

Foto : Upacara Rambu Solo’.

Tradisi unik ini merupakan upacara pemakaman dari masyarakat Toraja yang memiliki biaya yang sangat mahal karena diberlangsungkan secara meriah. Keluarga yang telah meninggal dianggap belum mendapatkan kesempurnaan jika tidak dimakamkan secara Rambu Solo’.

Sehingga jenazah yang belum dilakukan tradisi ini akan diperlakukan seperti layaknya orang sakit. Jenazah akan disimpan di dalam rumah dan di balut dengan kain kafan sampai pelaksanaan Rambu Solo’ tiba. Komponen penting dalam upacara ini adalah hewan kerbau yang dikorbankan. Bagi mereka, kerbau tersebut bisa mengantarkan arwah dengan cepat menuju surga atau alam keabadiannya (puya).

Baca Juga : Bonet, Tarian Tertua di Tanah Timor

Jadi semakin banyak kerbau yang dikorbankan, maka akan semakin cepat pula arwah mencapai puya. Kerbau yang digunakan adalah kerbau bule yang memiliki harga fantastis yakni Rp.1 miliar. (Lady Agustine)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *