Prof. Didin Hafidhuddin Kupas  “Minal ‘Aidin Wal Faizin”

Prof. Didin Hafidhuddin  (kiri) saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jumat (3/5/2024). (Foto: Dok SBBI)

Milenianews.com, Bogor–  Milenianews.com, Bogor– Ucapan masyhur masyarakat Muslim Indonesia pada  bulan Syawal adalah “Minal ‘aidin wal faizin”.

Ungkapan ini tidak ada sumber  haditsnya. Namun, kata Guru Besar IPB University Prof. Didin Hafidhuddin MS, ungkapan “Minal ‘aidin wal faizin” mengandung makna yang sangat dalam.

“Minal ‘aidin, artinya adalah mereka yang kembali. Sedangkan Wal faizin artinya adalah pulang dengan membawa kemenangan,” kata Prof. Didin Hafidhuddin saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jumat (3/5/2024), pukul 06.00-06.30 pagi.

Prof. Didin juga membahas tema yang sama pada Kajian Islam yang diadakan oleh Parents Association Bosowa Bina Insani (PABBI) di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Jumat (3/5/2024),  pukul 08.00-08.30.

Ia menambahkan, minal ‘aidin artinya bukan sekadar kembali, melainkan kembali kepada fitrah. “Jadi, Minal ‘aidin wal faizin artinya adalah mereka yang kembali firah dengan membawa kemenangan,” ujar Prof. Didin.

Prof. Didin Hafidhuddin mengisi Kajian Islam yang diadakan oleh PABBI di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Jumat (3/5/2024). (Foto: Dok SBBI)

Terkait fitrah tersebut, pada kesempatan tersebut Prof. Didin membahas tafsir Surat Ar-Rum ayat 30-32:  “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (ayat 30). dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (ayat 31). yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka1 dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (ayat 32)”

Baca Juga : SD Bina Insani Gelar Silaturahim Idul Fitri 1445 H: Jangan Gengsi untuk Meminta Maaf dan Memaafkan

Ia juga menyebutkan  hadits tentang fitrah: “Setiap anak  lahir dalam keadaan  fitrah,  maka  bapak ibunyalah yang menjadikannya sebagai  Yahudi, Naasrani, atau Majusi.”

Prof. Didin menyebutkan, setidaknya ada 2 hal yang perl diambil dari tasir Surat Ar-Rum ayat 30-32. Pertama,  keimanan/ ketauhidan.

“Pendidikan yang bagus adalah pendidikan ketauhidan. Menghilangkan ketauhidan akan merusak generasi kita,” ujarnya.

Kedua, Agama Allah (Dinul Islam). “Kuatkan pendidikan Al-Qur’an. Kuatkan juga ekonomi syariah, bukan ekonomi kapitalis yang merusak tatanan kebidupan,” paparnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *