Milenianews.com, Jakarta – Komponis dan pianis ternama, Ananda Sukarlan, membuka tahun 2025 dengan mempersembahkan konser bertajuk “Gen Alpha of Classical Music” pada Minggu (19/1) kemarin. Acara yang berlangsung di Galeri Seni Mitra Hadiprana, Jakarta Selatan ini, menjadi momen spesial untuk memperkenalkan empat musisi muda berbakat, pemenang kompetisi musik klasik Ananda Sukarlan Award (ASA) dan Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+).
Konser yang dimulai pukul 15.00 WIB ini dihadiri sekitar 100 penonton. Dibuka dengan ramah tamah dan cocktail session, acara ini menghadirkan suasana hangat dan intim di galeri seni pertama Indonesia, yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 1962.
Baca juga: Dua Puisi Dwibahasa Terbaik Pulo Lasman Simanjuntak sebagai Refleksi Sastra di Akhir Tahun 2024
Empat Bintang Muda Musik Klasik
Dalam konser ini, Ananda Sukarlan mengundang empat musisi muda. Mereka adalah Freya Murti Pramudita (soprano) dan Veeshan Nathaniel Tandino (violin), pemenang KPN+, serta Samuel Dazhill dan Michael Anthony, pemenang ASA.
Freya dan Veeshan juga termasuk 15 penerima “Golden Ticket to ASA 2025”, yang memungkinkan mereka langsung masuk ke babak final ASA tanpa mengikuti penyisihan.
“Konser ini bukan sekadar ajang pamer kebolehan. Saya berharap mereka menggunakan musik untuk berekspresi, menyampaikan pesan sosial, dan memahami jati diri mereka,” ujar Ananda.
Persembahan Tembang Puitik
Konser ini juga menampilkan tembang puitik, hasil gubahan Ananda Sukarlan dari puisi para penyair terkemuka, termasuk karya D. Zawawi Imron, Pulo Lasman Simanjuntak, dan Tengsoe Tjahjono. Freya Murti Pramudita menyanyikan beberapa tembang puitik dengan interpretasi mendalam, seperti “Aku Ingin Menangis” dan “Malam Cahaya Lampion”.
Sementara itu, Veeshan Tandino, yang pernah menjadi anggota G20 Orchestra, memukau penonton dengan permainan biola pada “Fantasy on Tapanuli Folksongs”.
Rapsodia Nusantara yang Memukau
Dua pianis muda, Samuel Dazhill dan Michael Anthony, juga tampil memukau dengan membawakan karya Rapsodia Nusantara yang penuh tantangan teknis.
Michael, yang merupakan tunanetra dan autis, memainkan Rapsodia Nusantara No. 7, berbasis lagu tradisional Papua. Sedangkan Samuel, menampilkan Rapsodia Nusantara No. 8, berbasis lagu Manado “O Ina Ni Keke”.
Samuel juga menunjukkan musikalitasnya melalui karya “Good Morning, Night”. Semua musisi tampil prima, lengkap dengan kostum elegan dari Alleira Batik.
Perubahan dalam ASA 2025
Tahun 2025 menjadi babak baru untuk kompetisi musik klasik di Indonesia. ASA, yang dikenal sebagai barometer kualitas musikus klasik Indonesia, kini memiliki syarat baru untuk kategori tembang puitik: penyanyi profesional harus membawakan tiga lagu dari tiga penyair Indonesia yang berbeda.
“Ini mendorong penyanyi untuk mengeksplorasi karya penyair yang belum banyak dikenal, termasuk nama-nama muda,” sambung Ananda.
Baca juga: Berikut! 5 Rekomendasi Novel Remaja yang Asyik Buat di Baca
Masa Depan Musik Klasik Indonesia
Kompetisi KPN+ pada 2024 mencatat rekor dengan 477 peserta. Hal ini menunjukkan peningkatan minat generasi muda terhadap musik klasik. Ananda Sukarlan optimistis 2025 akan menjadi tahun emas musik klasik Indonesia.
“Generasi alpha menunjukkan kualitas yang luar biasa. Dengan seni dan budaya kita yang kaya, saya berharap musik klasik dapat memperkuat kecintaan kita pada identitas bangsa,” ujar komponis penerima penghargaan Royal Order of Isabella the Catholic dari Spanyol ini.
Babak final ASA tahun ini akan berlangsung pada 12-13 Juli 2025. Dengan bakat muda yang terus bermunculan, musik klasik Indonesia berada di jalur cerah untuk mendunia.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.