Jin Diciptakan dari Nyala Api

Dr. KH. Syamsul Yakin MA. (Foto: Istimewa) 

Milenianews.com, Mata Akademisi– Informasi bahwa jin diciptakan dari nyala api disampaikan langsung oleh Allah, “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. al-Rahman/55: 15).

Dalam ayat ini diksi yang digunakan adalah “khalaqa”.  Seperti halnya manusia yang diciptakan dari tanah kering, jin diciptakan dari nyala api. Artinya, keduanya diciptakan dari sesuatu yang sudah ada yakni tanah kering dan nyala api menjadi makhluk yang belum pernah ada yakni manusia dan jin.

Menurut Ibnu Katsir, nyala api yang dimaksud adalah bagian paling ujung dari nyala api. Bagi Ibnu Katsir, nyala api itu adalah nyala api yang terbaik yang ujungnya tampak biru.

Pengarang Tafsir Jalalain mendefinisikan jin dengan iblis. Iblis adalah bapak dari jin. Nyala api yang dipakai untuk menciptakan jin adalah nyala api yang tidak berasap.

Secara leksikal, “jin” berarti yang tersembunyi atau tidak terlihat secara kasat mata. Derivasi kata “jin”, salah satunya adalah “janin”, yang memang tak terlihat karena ada di dalam rahim. Setelah lahir namanya bukan janin lagi, tapi bayi dan bisa dilihat secara fisikal.

Derivasi lain dari kata “jin” adalah kata kerja “jaana” yang berarti gelap. Gelap adalah tak terlihat. Allah berfirman, “Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (QS. al-An’am/6: 76).

Persamaan iblis dan jin adalah sama-sama diciptakan dari api. Perbedaannya, iblis adalah makhluk yang durhaka kepada Allah. Sementara setan adalah sifat buruk yang melekat pada diri jin dan manusia. Artinya setiap makhluk yang jahat dari golongan jin dan manusia seperti biasa membangkang, ingkar, membelot, maksiat, dan suka melanggar hukum dapat dikatakan sebagai setan.

Soal iblis dan jin, ulama terbelah dua.  Pertama, ada yang mengatakan bahwa  iblis adalah golongan malaikat yang membangkang.  Dalilnya adalah, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis, dia enggan dan takabur dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah/2: 34).

Pada ayat ini jelas terbaca bahwa iblis termasuk golongan malaikat. Sebab kalau bukan dari kalangan malaikat, iblis tidak diperintahkan untuk sujud kepada Nabi Adam. Pada pangkal ayat yang diseru adalah malaikat yang di dalamnya ada jenis lain dari malaikat, yakni iblis.

Kedua, ulama berpendapat bahwa iblis adalah sejenis jin yang durhaka. Dalilnya adalah, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya.” (QS. al-Kahfi/18: 50).

Setelah Allah  memberi nikmat penciptaan manusia dan jin dengan karakter masing-masing, pada ayat berikutnya kembali Allah bertanya kepada manusia dan jin,  “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 16). Sulit dibayangkan bumi tanpa manusia.*

Penulis: Dr. KH. Syamsul Yakin MA.,  Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *