Oleh Hadi Suroso
Tampak ada seraut kesedihan di balik senyum dan tawamu. Bulir bening di sudut kelopakmu yang sesekali kau seka, adalah rintih lara dari perihnya luka yang meradang di relung jiwa.
Gurat letih di nanar sorot matamu, menambah pertanda akan amarah yang kau sekap dalam sikap yang tak kau biarkan untuk terungkap. Kelakar candamu hanyalah tirai dari kepalsuan yang kau samarkan.
Kau menyimpan rapi semua luka di keceriaan canda dan tawamu.
Di kebetulan pertemuan kita, ada setangkup pesan semesta yang perlu kita renungkan. Mungkin aku adalah canting yang ia kirimkan untuk merapikan corak warna di kanvas hatimu, melukis hari-hari dengan bertabur cinta penuh keindahan.
Lalu di penyelaman lebih dalam mengenalimu, akhirnya nyata ku jumpa apa yang sedari awal ku terka, bahwa lumuran luka yang kau sembunyikan itu benar adanya.
Lalu di segenap tekadku…perlahan ku ingin hadirku benar-benar dapat menjadi bahagiamu, meski menghapus ruam-ruam luka masa lalumu yang kutemui di sekujurmu hari ini, adalah sabar yang mesti ku bentang lebar di serambi ikhlasku yang tak terbatas. Sebab cinta soal ketulusan dan pengorbanan diri untuk memberi, bukan sekedar siasat untuk mendapatkan lalu meninggalkan.
Barangkali ini yang semesta inginkan, melihat canda dan tawamu yang jujur di sesungguhnya bahagiamu. Bukan di kepura-puraan bahagiamu yang selama ini kau cipta.
Bogor, 08112023
Hd’s
Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.