Oleh Hadi Suroso
Beberapa tahun lalu saat aku datang ke taman ini, bunga-bunga sedang bermekaran. Tampak indah dan asri.
Di satu sudut taman, kursi kayu yang dulu tempat ku menikmati pagi tampak masih terawat rapi, dimana secangkir kopi panas dan sepotong roti tawar setia menemani.
Beberapa tahun lalu itu, di taman ini, saat ku sedang meneguk kopiku di tengah semilir angin yang sejuk, tiba-tiba ku terperangah oleh senyum manis dari gadis di ujung taman. Senyum itu begitu menawan, menghujam langsung ke jantung hati. Seketika dadaku berdebar tak beraturan, langsung mendulang gusarku yang tak karuan.
Kicau burung dan sinar mentari yang menembus celah dedaunan, serta deburan ombak di kejauhan, adalah kidung alam yang begitu menentramkan, namun tak mampu merayu debarku untuk kembali tenang. Senyum itu terus saja lekat membayang.
Villa Paradisa, nama dimana taman itu berada…bukan sekedar tempat singgah yang memanjakan, namun menjadi tempat istimewa yang selalu ku kenangkan. Satu tempat dipertemukannya aku dengan pemilik senyum semanis itu.
Taman villa Paradisa…adalah halaman pembuka dari lembaran-lembaran buku romansa cerita kisah hidupku. Rupanya Tuhan mengirimkan gadis itu ke tempat ini untuk satu tujuan_menyempurnakan takdirku.
Satu kesengajaan semesta untuk menunaikan setiap rencanaNya. Dan aku…hanya bisa menerima setiap ketetapanNya.
Bagian manis dari misteri yang Tuhan kehendaki. Menjadi anugerah bagiku, yang mendesirkan rasa syukur senada denyut nadi dan helaan nafasku.
Lalu, jika kelak Tuhan masih ijinkan, hanya satu yang aku harapkan…selalu berilah aku kesempatan untuk bisa datang kembali ke taman ini bersama bagian dari tulang rusukku yang telah kutemukan. Sekedar untuk mengenang…bagaimana kami dulu dipertemukan, lalu liku perjalanan bagaimana akhirnya kami dipersatukan.
Bogor, 07052024
Hd’s
Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.