Milenianews.com, Mata Akademisi– Informasi manusia diciptakan dari tanah kering terurai dalam bahasa puitis Al-Qur’an, “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.” (QS. al-Rahman/55: 14).
Dalam ayat ini yang dimaksud manusia, bagi penulis Tafsir Jalalain, adalah Nabi Adam. Allah berfirman, “Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran/3: 59).
Terkait hal ini, Nabi juga bersabda, “Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah digambarkan-Nya kepada kalian.” (HR. Ahmad).
Lalu jenis tanah kering yang dimaksud, lanjut pengarang Tafsir Jalalain, adalah yang berdenting apabila diketuk. Seperti tembikar. Menurut Syaikh Nawawi, tanah kering ini beraroma tidak enak. Untuk mengetahui apakah tembikar itu memiliki cacat, setelah jadi tembikar kemudian diketuk.
Tembikar yang ketika diketuk menimbulkan suara yang keras dentingnya menandakan tembikar itu tidak cacat. Demikian sebaliknya.
Sebenarnya tembikar adalah tanah liat yang dibakar dan memiliki rongga. Cara membuatnya pertama-tama tanah liat dibentuk satu objek, misalnya gerabah, periuk atau benda lain lalu dibakar. Alat yang digunakan adalah tangan dan glasir. Fungsi glasir adalah membentuk objek yang akan dibuat dan memperindahnya. Umumnya untuk membentuk sesuai yang diinginkan dilakukan dengan cara digoyangkan.
Dalam bahasa Arab,.minimal ada tiga kata kerja yang berarti menciptakan atau menjadikan. Pertama, “khalaqa” yang artinya menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya (manusia) dari sesuatu yang sudah ada (tanah kering). Contohnya adalah ayat di atas.
Kedua, “fathara” yang berarti menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Atau bisa juga menciptakan untuk pertama kali, misalnya langit dan bumi diciptakan dari tidak ada atau untuk pertama kali. Misalnya, “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi.” (QS. Fathir/35: 1).
Ketiga, “ja’ala” artinya menciptakan sesuatu dari yang sudah ada menjadi sesuatu dalam bentuk lain. Contoh paling jelas adalah firman Allah, “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” (QS. Yasin/36: 80). Dalam hal ini Allah menjadikan api (bentuk lain) dari kayu yang hijau (yang sudah ada).
Ayat ini memberi informasi bahwa dari empat anasir (elemen), yakni tanah, air, angin, dan api, Allah memilih tanah sebagai bahan dasar manusia. Setelah itu manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Allah tegaskan, “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. al-Tin/95: 4).
Penulis: Dr. KH. Syamsul Yakin MA., Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.