Milenianews.com, Mata Akademisi– Allah mendeklamasikan, “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca.” (QS. al-Rahman/55: 7). Maksudnya posisi dan tempat langit itu tinggi. Allah telah menciptakan langit di atas bumi.
Yang dimaksud dengan neraca dalam ayat ini, seperti diungkap al-Thabari, adalah keadilan. Keadilan adalah standar yang diakui mengenai tatanan kehidupan. Secara leksikal, keadilan artinya sama atau setara.
Seperti al-Thabari, Ibnu Katsir menyebut neraca dalam ayat di atas adalah keadilan. Dalam ayat lain, Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS. al-Hadid/57: 25).
Langit, bagi al-Zuhaili, disebut sebagai alam atas. Sementara bumi adalah alam bawah. Allah juga menetapkan keadilan. Tegaknya langit dan bumi karena keadilan tersebut. Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan kosmik.
Namun, tulis al-Maraghi, alam atas lebih tinggi martabatnya. Alasannya, dari alam ataslah berasal hukum-hukum, perintah, dan larangan Allah yang diberlakukan kepada manusia dan semesta. Di alam atas juga bersemayam malaikat yang tidak pernah lalai dan selalu menjalankan perintah Allah.
Di alam bawah atau bumi keadilan adalah kejujuran dalam menimbang dengan menggunakan alat timbangan dalam proses transaksi. Di alam bawah, keadilan juga menyangkut keadilan sosial, ekonomi, dan hukum.
Secara tegas, Abdullah Yusuf Ali menulis bahwa ayat ini menggugah manusia agar berlaku adil di antara sesama dan memegang teguh keseimbangan. Manusia tidak boleh melampaui batas, sebaliknya harus bersikap moderat atau mengambil jalan tengah.
Secara filosofis, keadilan atau keseimbangan adalah ciri alam sebagai makro kosmos (dunia besar). Oleh karena itu manusia sebagai mikro kosmos (dunia kecil) harus menjaga keseimbangan tersebut.
Secara psikologis, menurut Sayyid Quthb, ayat ini merupakan isyarat untuk mengingatkan hati yang lalai agar mengagungkan Allah sang pencipta keseimbangan. Keseimbangan selain berdimensi etik juga berdiemensi estetik. Mudahnya, keseimbangan itu indah.
Ayat ini, lanjut Sayyid Quthb, juga mengajak manusia untuk menoleh ke langit di mana di angkasa yang tak ada batasnya seluruh benda langit bertasbih. Planet bumi yang terasa besar ternyata ribuan kali.lebih kecil dari planet lain. Padahal diameter bumi sepanjang 2.000.300 kilometer.
Pesan singkat ayat ini adalah agar manusia sebagai khalifah di alam bawah agar menjaga keseimbangan seperti halnya Allah menetapkan keseimbangan di alam atas.
Penulis: Dr KH Syamsul Yakin MA., Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.