Milenianews.com, Cibubur – Suasana di Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur terasa berbeda pekan lalu. Aula sekolah penuh dengan karya seni buatan siswa, alunan musik tradisional, dan riuh tepuk tangan penonton. Namun, yang membuat peristiwa itu istimewa bukan sekadar pertunjukan. Para siswa kelas 5 sedang menunjukkan bagaimana ilmu yang mereka pelajari dapat menjelma menjadi kepedulian nyata: sebuah aksi amal untuk masyarakat sekitar.
Program ini merupakan puncak dari Unit of Inquiry (UOI) pertama dengan tema lintas disiplin “Who We Are”. Selama tujuh minggu, anak-anak itu menelusuri gagasan sentral bahwa sistem kepercayaan dan nilai memberi penjelasan tentang makna kehidupan manusia dan dunia sekelilingnya.
“Pembelajaran di PYP (Primary Years Programme) selalu berbasis inkuiri. Anak-anak tidak sekadar menerima teori, tapi diajak bertanya, meneliti, lalu menghubungkan ilmu dengan konteks nyata,” ujar Yulia Pratiwi, M.Pd., koordinator Kesiswaan dan Kehumasan PYP Bakti Mulya 400 Cibubur, saat ditemui seusai acara, Jumat (26/9/2025).
Menyelami Nilai dan Tokoh Dunia Islam
Dalam proses belajar, para siswa mempelajari beragam agama di dunia. Mereka bergiliran mempresentasikan temuan kepada kelas lain, menumbuhkan sikap terbuka dan rasa saling menghormati. Fokus khusus diberikan pada kontribusi tokoh-tokoh Muslim seperti Ibnu Sina, Al-Khwarizmi, hingga Salahuddin Al Ayubi.
“Anak-anak belajar bahwa ilmu pengetahuan dan nilai kemanusiaan bisa berjalan seiring. Dari Ibnu Sina, misalnya, mereka memahami pentingnya ilmu kedokteran. Dari Salahuddin, mereka mengenal nilai kepemimpinan yang adil dan penuh empati,” kata Yulia.
Pembahasan berlanjut pada nilai-nilai Islam yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti sedekah dan infak. Diskusi di kelas kemudian berkembang menjadi pertanyaan praktis: bagaimana anak-anak bisa mempraktikkan nilai itu dalam lingkungannya sendiri?
Belajar di Mushola, Menggali Kebutuhan Riil
Alih-alih hanya berhenti pada diskusi, siswa kelas 5 turun langsung ke lapangan. Mereka mendatangi Mushola Nur Baitul Iman di Cipenjo. Di sana, mereka melakukan survei dan wawancara dengan pengurus, termasuk Ustadz Yamin, untuk memahami kebutuhan jamaah.
Hasilnya, anak-anak menemukan bahwa mushola membutuhkan perlengkapan kebersihan serta tambahan peralatan ibadah. “Kegiatan ini membuat siswa belajar bahwa empati bukan sekadar kata, melainkan aksi yang bisa dirasakan orang lain,” ujar Yulia.
Kreativitas Jadi Sarana Amal
Setelah mengantongi data, siswa merancang acara amal di sekolah. Mereka menyiapkan pameran karya seni dan pertunjukan tari tradisional. Tak hanya itu, komunikasi dengan komunitas sekolah—orang tua, guru, hingga staf—dilakukan dengan penuh antusiasme agar dukungan terkumpul.
Hasilnya mengejutkan. Dari kegiatan tersebut, terkumpul dana sebesar Rp 2,4 juta. Dana itu dibelikan perlengkapan kebersihan, alat salat, serta Rp 2,08 juta dalam bentuk tunai yang langsung diserahkan kepada pengurus mushola.
“Saya bangga sekali, karena inisiatif ini murni datang dari siswa. Kami guru hanya mendampingi. Mereka belajar merencanakan, mengeksekusi, hingga mempertanggungjawabkan hasilnya,” kata Yulia.
Membentuk Kepemimpinan Sejak Dini
Lebih dari sekadar menggalang dana, kegiatan itu melatih anak-anak berorganisasi. Mereka harus membagi peran, ada yang menjadi penanggung jawab pameran, ada pula yang mengurus promosi acara.
Nilai yang lebih besar, menurut Yulia, adalah pembentukan karakter. “Anak-anak belajar mengambil keputusan bersama, berani berbicara di depan publik, sekaligus mengasah kepekaan sosial. Itulah yang kami sebut student agency dalam kurikulum IB,” ujarnya.
Menyemai Warga Dunia yang Peduli
Program PYP di BM 400 Cibubur memang dirancang untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi. Semua itu terintegrasi dalam apa yang disebut Approaches to Learning (ATL).
Dengan begitu, hasil belajar tidak berhenti pada kognitif, tapi juga sikap dan tindakan. “Kami ingin siswa bukan hanya cerdas secara akademis, tapi juga peduli, reflektif, dan berprinsip,” tutur Yulia.
Baca Juga : SMP Bakti Mulya 400 Tanamkan Jiwa Wirausaha Siswa Lewat Project Exhibition “Learn, Earn and Grow”
Semangat itulah yang dirasakan oleh para siswa ketika membawa hasil donasi ke Mushola Nur Baitul Iman. Beberapa dari mereka bahkan mengaku baru pertama kali merasakan pengalaman langsung memberikan bantuan. “Mereka belajar bahwa memberi itu membahagiakan, bukan hanya bagi penerima, tapi juga pemberi,” kata Yulia.
Komitmen Jangka Panjang
Yulia menegaskan, kegiatan ini bukan sekadar proyek sesaat. Sekolah ingin membangun tradisi, agar setiap unit pembelajaran selalu memberi ruang bagi siswa untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
“Kami percaya, menjadi warga dunia itu dimulai dari lingkungan terdekat. Kalau anak-anak sudah terbiasa peka dan peduli sejak kecil, kelak mereka bisa tumbuh sebagai pemimpin yang berintegritas dan berdampak luas,” katanya.
Belajar Hidup, Bukan Sekadar Pelajaran
Pengalaman kelas 5 BM 400 Cibubur ini menunjukkan bagaimana sebuah sekolah dapat menjembatani ilmu dan kehidupan. Anak-anak bukan hanya menghafal nama tokoh atau konsep nilai, melainkan menapaki proses yang membuat mereka berpikir, merasa, lalu bertindak.
Seperti yang ditutup Yulia dengan senyum, “Inilah esensi PYP: pembelajaran yang hidup, bermakna, dan bermanfaat bagi sesama.”