Perbedaan tidak Membuat Kita Berpisah

Judul buku: Antologi  Langit Indonesia

Penulis: Achmad Naufal Ravish Alfarisqid kk

Editor: Nur Shoffi R

Penerbit: SD Bina Insani

Cetakan: I, April 2025

 

Milenianews.com, Ngobrolin Buku– Indonesia adalah negara besar dan beragam. Dari Sabang sampai Merauke, kita memiliki banyak suku, bahasa, budaya, dan agama   yang berbeda. Namun, semua perbedaan ini tidak membuat kita berpisah. Sebaliknya, kita bersatu dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Perbedaan yang ada di Indonesia merupakan kekayaan kita. Misalnya, pakaian adat dari berbagai daerah sangat beragam dan indah. Begitu pula dengan musik, tarian, rumah adat, makanan tradisional dan masih banyak lagi. Semua  ini menunjukkan betapa uniknya bangsa  kita. Dengan adanya keberagaman  di Indoneia, kita    bisa saling mengenal dan menghormati satu sama lain.

Pesan indah di atas bisa kita temukan dalam buku Antologi Langit Indonesia yang merupakan merupakan buku kumpulan cerita pendek karya kelas 4 SD Bina Insani, Bogor. Penggalan di atas diambil dari  tulisan  Ashilla Lumina H berjudul “Bhinneka Tunggal Ika”.

Cerita-cerita yang lainnya tak kalah indahnya. Misalnya, karya Achmad Naufal R.A berjudul “Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehodupan Sehari-hari”: “Keberagaman ini terlihat jelas dalam berbagai kehidupan sehari-hari. Di lingkungan tempat tinggal, kita sering menemukan tetangga dari berbagai latar belakang etnis dan agama. Misalnya, di sebuah kompleks perumahan, bisa saja terdapat keluarga Jawa, Batak, Tionghoa, dan Minangkabau yang hidup berdampingan. Mereka saling menghormati  dan merayakan perbedaan dengan cara yang unik, seperti berbagi makanan khas daeragh masing-masing saat perayaan hari besar.

Untuk menjaga persatuan di tengah keberagaman bukanlah hal yang mudah. Tantangan seperti prasangka, diskriminasi, dan konflik antar kelompok  masih sering muncul. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk terus mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati.”

Ghani, siswa kelas 4B mengingatkan pentingnya para pelajar menjaga Negeri Indonesia. Dalam tulisannya yang berjudul “Masa Depan Negeriku”, ia menegaskan, “Seorang pelajar sejati adalah dia yang bisa menjaga negerinya dari kejahatan. Selalu siap untuk terus belajar dan berkembang demi masa depan yang dinanti dan demi kemajuan negeri. Hamparan luas dan indah  tidak akan mengalahkan semangat juang parta penerus bangsa untuk selalu melindungi bangsa dan keindahan alamnya. Harapan besar negeriku ini bisa berkembang menjadi negara yang besar dan maju, jauh dari berbagai macam kontroversi.”

Arzen menuliskan cerita tentang pentingnya “Kebersamaan dalam Keberagaman”: “Kebersanaan dalam keberagaman  adalah sikap saling menghargai, menghormati, dan memahami perbedaan  yang ada di tengah masyarakat.

Kebersamaan dalam keberagaman  memiliki banyak manfaat, di antaranya: Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, Meniptakan kehidupan yang rukun dan tentram, Membangun kehidupan soaial yang beradab, Memperat persatuan bangsa Indonesia, Tercipta rasa kenyamanan dan ketentraman.”

Kirania Varassya Agfadin menyoroti pentingnya menjaga kearifan lokal, melalui tulisannya yang  berjudul “Identitas Bangsa Indonesia”: “Kearifan lokal adalah tradisi atau kebiasaan di setiap daerah. Contohnya di Pulau Jawa ada tradisi Ngagur Bumi, di Pulau Sumatera ada tradisi gotong royong Nagari, di Pulau Sulawesi  ada tradisi Rambu Solo, di Pulau Kalimantan  ada tradisi Tiwah, di Pulau Papua  ada tradisi  Bakar Baru, dan di Pulau Nusa Tenggara ada tradisi Tebe.”

Lebih khusus lagi, Rizqy Assyra Jelita, mengangkat tradisi  di lingkungan Banjar melalui cerita pendek berjudul “Banjarmasin, Kalimantan Selatan”: “Tradisi yang melekat samai sekarang di lingkungan masyarakat Banjar adalah Batasmiah, Badatang (Lamaran), dan Batuimung (mandi pengantin).  Busana adat Kalimantan Selatan adalah Babaju Kun Galung Pacinan fdan rumah adat khas Banjarmasin adalah rumah Ba’anjung. Bekantan adalah hewan primate yang dilindgungi dan banyak ditemui  sdi Pulau Kalimantan. Hewan ini juga dijadikan ikon Kota Banjarmasin.”

Masih banyak identitas nasional dan  kearifan lokal yang diangkat dalam buku ini. Termasuk ke dalamnya baju batik  (Jawa), baju kurung dan rumah gadang   (Sumatera Barat),  asinan Bogor dan soto mie Bogor (Bogor), Tari Saman (Aceh), pempek (Palembang), dan gudeg (Yogya).

Buku karysa siswa kelas 4 SD Bina Insani patut diapresiasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *