Masa Depan Teknologi AR dan VR di Indonesia

Masa Depan Teknologi AR & VR di Indonesia

Milenianews.com, Mata Akademisi – Perkembangan peradaban manusia telah mendemonstrasikan bahwa terdapat relasi yang kuat antara perkembangan teknologi dengan pertumbuhan perekonomian dan peningkatan kualitas hidup manusia pada umumnya. Beberapa dekade terakhir, telah kita saksikan bagaimana perkembangan teknologi digital mendisrupsi kehidupan manusia dari hulu hingga ke hilir.

Adopsi teknologi digital dalam segenap sektor kehidupan manusia mendorong terjadinya perubahan seperti merubah sistem dan tatanan yang telah ada, sehingga mendorong terjadinya penyesuaian-penyesuaian baru. Selain itu, adopsi teknologi juga melahirkan munculnya beragama inovasi termutakhir untuk menjawab tantangan-tantangan baru yang muncul akibat disrupsi.

Baca Juga : Perempuan Terkurung Dalam Stereotipe Kolot

Teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) disebut sebagai salah satu teknologi baru yang akan mendorong terjadinya lompatan besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia.

Menurut kajian yang dilakukan oleh PWC pada tahun 2020 misalnya, pemanfaatan VR dan AR dapat memberikan kontribusi pada perekonomian global hingga mencapai nilai £1,4 triliun di tahun 2030 kelak. Diprediksi bahwa teknologi ini dapat membantu mengembangkan beragam sektor industri karena pemanfaatannya dapat digunakan untuk menunjang aktivitas produktif di berbagai sektor.

Pemanfaatan VR dan AR digadang-gadang akan dapat membantu mendorong lahirnya budaya kerja baru yang lebih efisien, efektif, dan inovatif sehingga dapat melahirkan lapangan pekerjaan baru.

Teknologi VR dan AR juga menawarkan solusi-solusi yang khas untuk masing-masing sektor ekonomi yang ada. Misalnya saja untuk sektor ritel, penggunaan VR dan AR dapat membantu industri ritel menciptakan pengalaman pelanggan baru, membuka segmentasi pasar baru, dan mempercepat pengembangan produk baru.

Bila potensi VR dan AR dimanfaatkan dengan optimal, diproyeksi bahwa industri ritel akan dapat memberikan dorongan sebesar £184,2 pada perekonomian global. Sedangkan itu di sektor manufaktur berat, penggunaan VR dan AR dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keselamatan kerja.

Adopsi teknologi VR dan AR juga dapat membantu sektor Kesehatan dalam memberikan layanan yang semakin optimal dan aksesibel. Saat ini, telah terdapat universitas serta rumah sakit yang menggunakan teknologi VR dan AR untuk sarana pelatihan operasi bedah bagi para calon dokter juga dokter muda di instansi mereka.

Telah banyak juga institusi Kesehatan yang menggunakan teknologi VR dan AR untuk memberikan layanan konsultasi jarak jauh. Berdasarkan proyeksi PwC, pemanfaatan teknologi baru secara optimal di sektor kesehatan dapat memberikan dorongan sebesar £184 bagi perekonomian dunia.

Selain pemanfaatan teknologi VR dan AR untuk sektor-sektor di atas, penggunaan teknologi baru ini disebut-sebut akan banyak berkontribusi dalam ekskalasi pertumbuhan industri kreatif.

Penggunaan VR dan AR di sektor kreatif dapat membantu seniman/kreator untuk menyajikan karyanya dengan medium baru yang lebih imersif serta interaktif. Pelaku seni juga dapat menjangkau pasar yang lebih luas karena adopsi VR dan AR nantinya akan dapat membuka segmentasi pasar baru bagi industri kreatif.

Pemanfaatan VR dan AR dapat mendorong pertumbuhan sektor industri kreatif lainnya seperti pariwisata. Inovasi seperti tur wisata imersif, virtual museum, virtual tur, dan lain sebagainya yang dapat mendorong peningkatan minat wisatawan akan sangat mungkin dilakukan berkat adanya teknologi VR dan AR.

Namun terlepas dari berbagai manfaat yang dilahirkan dari penggunaan teknologi VR dan AR dalam kegiatan produktif, terdapat beberapa tantangan yang menghambat pemanfaatan teknologi baru ini dalam skala besar. 

Pertama adalah, diperlukannya set keterampilan digital yang ulung untuk menggunakan teknologi VR dan AR. Kecakapan digital dasar seperti memahami fungsi teknologi dan kemampuan untuk menggunakan perangkat teknologi saja tidak cukup untuk dapat mengoperasionalkan teknologi VR dan AR.

Dalam konteks negara dengan tingkat literasi digital yang belum tinggi seperti Indonesia, tantangan ini tentu menjadi semakin berlipat ganda. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia juga kekurangan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan digital tinggi. Sehingga, pemanfaatan VR dan AR untuk kebutuhan produktif berbagai sektor akan sulit diwujudkan.

Selain persoalan kurangnya SDM, tantangan lain yang memberatkan adalah mahalnya teknologi VR dan AR. Melansir data dari berbagai sumber, biaya yang perlu dikeluarkan oleh individu atau badan usaha untuk mengadopsi teknologi VR dan AR tidaklah sedikit. 

Untuk membuat satu projek sederhana berbasis VR dan AR, misalnya, bisa memakan biaya setidaknya $15.000. Sedangkan itu, bila ingin mengembangkan produk VR dan AR yang lebih komprehensif dapat menghabiskan biaya mulai dari $300.000. Tentu, semakin rumit teknologi yang digunakan, semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan. 

Bila dikontekstualisasikan dengan konteks Indonesia sebagai negara sedang berkembang dengan pendapatan perkapita di angka US$3,869, teknologi VR dan AR menjadi suatu hal yang sulit untuk dijangkau.

Baca Juga : Lingerie dan Hak Perempuan dalam Berpakaian

Beragam kajian yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan VR dan AR terhadap perekonomian selalu menekankan pentingnya mengoptimalisasi potensi VR dan AR. Untuk melakukan optimalisasi tersebut, langkah penting yang perlu dilakukan adalah untuk mengupayakan agar teknologi dapat dijangkau oleh berbagai kalangan.

Terjangkau yang dimaksud bukan perkara harganya saja, tetapi juga terkait kemudahan teknologi tersebut untuk digunakan. Pengadaan teknologi VR dan AR yang mudah dijangkau ini, tentu serta merta akan mendorong semakin banyak individu dan pelaku industri untuk mengadopsi teknologi tersebut dalam kegiatan produktifnya. Sehingga pada akhirnya, angka-angka proyeksi kontribusi VR dan AR terhadap perekonomian dan dampak positif lainnya dapat betul-betul terealisasi.

 

Penulis : Amelinda Pandu Kusumaningtyas, Peneliti CfDS UGM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *