Cerpen  

30 Juz Terakhir

Oleh Tjutju Herawati, M.Pd.

Ramadhan demi Ramadhan mengalun indah dalam nuansa kehidupan para hamba Allah pencari Ridho-Nya. Hari demi hari diarungi dalam segenap kekayaan batin yang hakiki. Indah dan nikmat tiada tara Allah kirimkan dalam kesyahduan suara adzan ketika lapar dan dahaga berbasuh air penyejuk jiwa, berteman kurma yang menjadi sajian setia. Bersama kolak pisang dan kolang-kaling,  sajian ta’jil ketika waktu berbuka tiba.

Celotehan kami selama Ramadhan itu menjadi topik utama di Ramadhan ini. Sudah lama kami tidak berkumpul bersama, menunaikan shalat Tarawih bersama. Ada yang sangat spesial pada Ramadhan ini, adalah kehadiran abang yang sudah lama pergi untuk mencari ilmu. “Asyik ya Pa, Ma,  bulan Ramadhan ini abang ada di sini. Kita bisa buka puasa bersama, shoaat bersama. Seru deh !” kata Rinrin si bungsu memulai percakapan.

“Ade senang ya abang datang?” tanya ayah dengan penuh perhatian.

“Iya dong !“  jawab Rinrin dengan wajah gembira.

Masa pandemi menjadi saksi kuatnya niat kami terukir indah masa kebersamaan ini. Sejak awal Ramadhan kami sudah menguatkan niat untuk menyelesaikan 30 juz selama shalat Tarawih di satu bulan yang penuh berkah ini.

“Bagaimana kalau abang yang menjadi imam shalat Tarawih Ramadhan ini biar khatam satu Al-Qur’an ?”  ayah menyampaikan idenya.

“Siap, setuju !”  jawab kami serempak.

Abang yang telah menyelesaikan perjuangan meraih tahfidznya,  bertekad bulat untuk menjadi imam Tarawih selama bulan suci ini. Sementara yang selalu menjadi imam shalat wajib adalah ayahanda tercinta yang sangat kami sayangi. Inilah masaa yang sangat indah, saat-saat terakhir kami sujud bersama dalam keindahan dan keberkahan Ramadhan yang selalu dirindukan.

Setiap sore hari, selepas kami bekerja. Sepulang anak-anak sekolah, kami berkumpul menyambut adzan Maghrib tiba dengan doa dan hidangan berbuka yang mama dan ayah siapkan. Sangat indah kebersamaan itu. Anak-anak pun berbagi tugas untuk membantu ayah dan mama yang juga sudah lelah bekerja seharian, namun sapa dan senyum tak pernah hilang untuk kami anak-anak yang sangat ayah dan mama sayangi.

Setelah berbuka kami menata sajadah di ruang tengah, membuat shaf sesuai dengan peran kami. Ayah menjadi imam shalat, kemudian kami menjadi makmumnya. Setelah salam dan dzikir serta doa kami panjatkan,  maka kami bersiap makan malam bersama sampai saat menjelang shalat Isya’. Seperti biasa kami pun berbincang  tentang kisah hari ini.

Ketika adzan Isya’ berkumandang, bergegas kami mengambil air wudhu dan bersiap shalat berjamaah Isya’ dan Tarawih. Tibalah saatnya shalat Tarawih yang dinanti  dilengkapi dengan shalat Witir yang berjumlah ganjil. Demikian kami jalani malam-malam Ramadhan dengan penuh sukacita. Pengalaman batin yang begitu lekat dalam jiwa. Hingga kini dan akhir masa.

Ternyata itulah kebersamaan terakhir kami dalam  kesempurnaan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang sangat menyentuh jiwa. Khusyu’, khidmat dan menggetarkan dada. Dengan penuh kesabaran dan perjuangan mengkhatamkan bacaan indahnya dalam setiap bait malam Ramadhan. Kadang muncul godaan, rasa kantuk dan pegal karena berdiri lama. Semua itu adalah gangguan yang berhasil kami lewati bersama.

Alhamdulillah, di malam terakhir Ramadhan ketika semua sajadah terbentang; Ketika semua doa dipanjatkan; Ketika rahmat-berkah dan ampunan  Allah sediakan bagi orang yang beriman. Ketakwaan adalah menjadi tujuan indah dalam setiap langkah penuh tantangan ini. Harapan dan doa senantiasa kami panjatkan semoga Allah meridhoi ikhtiar kami, mendengar doa-doa kami.

Hingga tiba suatu masa, abang melanjutkan perjuangan ke negeri Syam. Ketika kami harus meluaskan keikhlasan demi masa depan dan upaya untuk menggapai cita-cita. Abang pergi dengan segenap doa dan  restu kami.

Allah Mahakuasa, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan segenap takdir-Nya, lima bulan setelah keberangkatan abang ke Damaskus,  sang Ayah yang sangat dicintainya  berpulang ke Rahmatullah. Ayah yang sangat kami sayangi kembali ke pangkuan Illahi. Ternyata Allah lebih sayang kepada ayah. Pandemi Covid yang kami alami menjadi jalan untuk ayah menemui Sang Pencipta.

Beristirahatlah,  Ayah, kami sungguh sangat kehilangan. Namun kami yakin Allah begitu sayang kepada Ayah, bahagialah di Taman Syurga-Nya. Doa kami menemanimu,  Ayah. Semoga kita dapat berkumpul kembali di kehidupan yang abadi. Insya Allah, aamiin.

Bogor, 8 April 2025

Profil Penulis

Tjutju Herawati. Panggilan akrabnya Ibu Hera. Aktivitas keseharian berkiprah di dunia pendidikan anak usia dini dan parenting terutama yang berkaitan dengan tahapan perkembangan anak. Menjadi guru TK sejak tahun 1991 dan menekuni model pembelajaran BCCT sejak tahun 1996 hingga saat ini. Pelatihan langsung didapatkan dari Dr. Pamela C. Phelps di Creative Preschool Tallahasse-Florida.

Mulai menulis sejak pertengahan tahun 2021 berupa : cerita anak, cerita pendek, dan puisi yang bertajuk kisah kehidupan dan pengalaman selama mengajar.  Jejak pena mengukir indah sejarah kehidupan, menebar hikmah dan manfaat bagi sesama.  Semoga dapat menginspirasi dan penuh keberkahan.

 Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *