Perbedaan Akuntansi Konvensional   dan Akuntansi Syariah

Apla Rahma Alya, Mahasiswa STEI SEBI. (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Mata Akademisi—Kita sering mendengar akuntansi konvensional dan akuntansi syariah. Lalu, apakah perbedaan kuntansi konvensional dan akuntansi syariah. Artikel ini berusaha menjawab pertanyaan tersebut.

Perbedaan kuntansi konvensional dan akuntansi syariah bisa dilihat dari pengertiannya, tujuannya, karakteristiknya, modalnya, konsepnya, dan prinsipnya.

  1. Perbedaan dari segi pengertiannya

Akuntansi syariah dan akuntansi konvensional memiliki perbedaan dari sisi pengertiannya yang paling dasar. Akuntansi syariah lebih mengarah pada pembukuan, pendataan, kerja dan usaha, serta perhitungan dan perdebatan sesuai dengan syarat yang telah disepakati. Hal ini juga sekaligus menjadi penentuan imbalan yang meliputi, semua pekerjaan yang berkaitan dengab keduniaan maupun keakhiratan.

Sedangkan, akuntansi konvensional adalah seputar pengumpulan dan pembukuan sekaligus penelitian tentang keterangan-keterangan dari berbagai macam aktivitas.

Karena, pengguna lembaga keuangan syariah memiliki kebutuhan informasi yang berbeda dengan pengguna dari lembaga keuangan konvensional.

  1. Perbedaan tujuan

Tujuan akuntansi syariah juga berbeda dengan akuntansi konvensional. Akuntansi syariah bertujuan menjaga harta yang merupakan hujjah atau bukti ketika terjadi perselisihan, membantu mengarahkan kebijaksanaan, merinci hasil usaha untuk keperluan zakat, penentuan hak-hak mitra bisnis, menetapkan imbalan dan hukuman, serta penilaian evaluasi kerja dan motivasi

Sedangkan, akuntansi konvensional biasanya bertujuan menjelaskan utang piutang, untung rugi, sentral moneter dan membantu mengambil ketetapan-ketetapan manajemen.

  1. Perbedaan karakteristik

Karakteristik akuntansi syariah dan konvensional juga berbeda. Akuntansi syariah berjalan sesuai dengan nilai-nilai akidah dan akhlak. Karena itu, seorang akuntan bertugas memberikan data-data dalam membantu orang yang bersangkutan seputar hubungan kesatuan ekonomi dengan kaidah dan hukun syariat islam dalam bidang muamalah.

Dalam hal ini, seorang akuntan juga sudah sadar harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya di hadapan Allah. Mereka tidak bisa mengabulkan keinginan pemilik modal, jika terdapat langkah yang menyeleweng dari hukum Allah dan memutarbalikan fakta.

Sedangkan, akuntansi konvensional berjalan sesuai peraturan-peraturan dan teori dari manusia yang memiliki sifat khilaf, lupa, keterbatasan ilmu dan wawasan. Karena itu, konsep akuntansi koncensioanl lebih labil dan tidak permanen.

Konsep, sistem, dan teknik akuntansi yang membantu suatu lembaga diperlukan untuk menjaga tujuan, fungsi dan operasionalnya berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.

Selain itu, konsep ini juga bisa menjaga hak-hak stakeholders yang ada di dalamnya dan mendorong lembaga keuangan mencapai kesejahteraan hakiki di dunia dan akkhirat. Oleh sebab itu, perusahaan syariah seperti perbankan menerapkan kerangka kerja syariah dan sifat transaksi yang berbeda dengan perusahaan atau perbankan konvensional.

  1. Perbedaan modal

Modal yang digunakan untuk menjalankan akuntansi syariah dan konvensional pun berbeda. Modal akuntansi koncwnsional terbagi menjadi dua macam, yakni modal tetap atau aktiva tetap dan modal yang beredar atau aktiva lancar.

Sedangkan, modal yang digunakan akuntansi syariah berupa barang-barang pokok yang dibagi menjadi harta berupa uang dan harta berupa barang. Kemudian barang-barang pokok ini dibagi menjadi barang milik dan barang dagang.

  1. Perbedaan konsep

Konsep akuntansi syariah dan konvensional pun berbeda. Akuntansi konvensional mempraktekkan teori pencadangan dan ketelitian, dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan dan menyampaikan kemungkinan laba yang diperoleh.

Sedangkan, akuntansi syariah memperhatian hal itu dengan menentukan nilai atau harga berdasarkan nilai tukar yang berlaku dan membentuk cadangan bila terjadi bahaya atau resiko tertentu.

  1. Perbedaan prinsip

Akuntansi syariah dan konvensional memiliki perbedaan prinsip dasar, seperti yang dijelaskan pada awal. Tapi secara khusus, akuntansi konvensional menerapkan prinsip bahwa laba hanya ada ketika terjadi jual beli.

Sedangkan akuntansi syariah memandang laba sesuai dengan prinsip akidah. Laba akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun belum terjual.

Meskipun, jual beli adalah suatu keharusan untuk mendapatkan laba dan llaba tidak boleh dibagi sebelum laba diperoleh secara nyata.

Semoga ulasan singkat perbedaan akuntansi syariah dan konvensional di atas memberikan pemahaman. Bahwa ada batas yang cukup bertolak belakang dengan syariat Islam. Maka lahirlah istilah ekonomi syariah dan kini sedang banyak dilirik masyarakat.

Penulis: Apla Rahma Alya, Mahasiswa STEI SEBI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *