Mitigasi Hipotermia di Gunung

Milenianews.com, Mata Akademisi– Indonesia adalah negara Asia yang memiliki banyak gunung api aktif di dunia. Keaktifan gunung api yang ada di Indonesia dapat dilihat dari posisi geografis yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Hindia Australia, lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Pasifik Barat. Memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam negara dengan adanya banyak gunung, mendaki gunung merupakan kegiatan yang sangat popular  di       masyarakat khususnya di kalangan remaja,  karena kegiatan ini menantang dan penuh petualang.

Pendakian gunung adalah salah satu olahraga di  alam bebas dengan tingkat bahaya yang relatif tinggi.  Biasanya kegiatan ini sering dilakukan oleh para mahasiswa pecinta alam yaitu orang-orang yang tergabung dalam sebuah organisasi yang bergerak dalam lingkungan sosial dan alam bebas. Realita fenomena yang terjadi, ternyata mendaki gunung tidak hanya dilakukan oleh orang-orang terlatih. Banyak mahasiswa atau masyarakat yang melakukannya tanpa bekal dan pelatihan yang kuat. Pendakian gunung yang dilakukan tanpa adanya bekal seperti pengetahuan dan pelatihan belum tentu dapat menyikapi bahaya yang mungkin akan dihadapi ketika mendaki dan sangat berbahaya untuk dilakukan. Di  balik keindahan alamnya, ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai para pendaki gunung, salah satunya adalah hipotermia.

Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh secara drastis yang berpotensi berbahaya. Penyebab yang paling sering terjadi adalah ketika berada di  lingkungan bersuhu tinggi seperti perbukitan, penggunungan dalam jangka waktu yang lama. Gejala hipotermia bervariasi, dapat dillihat dari tingkat keparahannya.

Adapun tingkatannya yaitu : Hipotermia ringan dengan suhu derajat 32-35 celcius dapat ditandai dengan pernapasan yang terlalu cepat, kesulitan untuk berjalan, kesulitan untuk berbicara, menggigil, dan terjadi peningkatan frekuensi berkemih. Hipotermia sedang dengan suhu derajat 28-32 celcius ditandai dengan kurangnya frekuensi nadi, pernapasan lebih dangkal pelan, respon melambat, kebingungan, halusinasi, dan gangguan irama jantung. Hipotermia berat dengan suhu derajat di  bawah 29 celsius dapat ditandai dengan menurunnya tekanan darah, melemahnya nadi, pembekakan paru-paru, koma, hingga terjadi berhentinya detak jantung.

Berikut ini  contoh data pendaki yang pernah mengalami hipotermia di gunung. Minggu, 20 Agustus 2023,  seorang pendaki Gunung Arjuno berinisial YK (21) yang berasal dari Sumatera Utara, korban merupakan seorang mahasiswa Universitas Brawijaya. Diduga korban mengalami hipotermia saat melakukan pendakian bersama enam orang teman lainnya. Korban meninggal dan berhasil di evakuasi ke kota Batu, Jawa Timur.

Contoh lainnya terjadi juga pada  tanggal 26 Febuari 2023 yaitu seorang mahasiswa Universitis Jenderal Soedirman Purwokerto, Jawa Tengah meninggal dunia saat mendaki di Gunung Selamet. Korban meninggal saat menjalani pendakian diakibatkan cuaca buruk yang melanda selama pendakian Gunung Slamet. Hal itu  mengakibatkan korban mengalami hipotermia  dan nyawanya tidak dapat tertolong.

Faktor hipotermia yang kerap terjadi di antaranya cuaca dingin, suhu ekstrim, angin kencang, terlalu lama terpapar udara dingin, dan kondisi lain dapat membuat hipotermia antara lain baju yang dipakai basah, kelelahan, dehidrasi, asupan makanan yang buruk, dan ketinggian, karena semakin tinggi seseorang berada di ketinggian maka kadar oksigen akan berkurang.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi sekaligus dapat menjadi cara pencegahan terhadap hipotermia:  Memakai pakaian hangat, seperti jaket tahan angin dan tahan air. Juga, perbanyak aktivitas seperti melakukan gerakan-gerakan sederhana guna menghangatkan tubuh tetapi jangan sampai berlebihan. Segera memakai pakaian hangat seperti jaket atau sarung tangan jika merasa angin bertiup lebih kencang karena kehilangan panas pada tubuh akibat angin.

Selain itu, sediakan makanan dan minuman hangat, tetapi hindari yang mengandung kafein dan alkohol. Terakhir perbanyak konsumsi cemilam selama mendaki gunung, bertujuan dapat mengganti energi yang hilang.

Sebagian orang percaya bahwa para pendaki yang kena hipotermia dikarenakan kurangnya persiapan saat mendaki. Jangan takut bagi kamu yang ingin mendaki namun pemula. Namun kamu harus mempersiapkan fisik dan mental sebelum mendaki. Sebelum mendaki alangkah baiknya mengetahui tentang gunung yang bakal dijadikan pendakian. Mendaki gunung bukan hal yang sepele, jadi harus dipersiapkan peralatan dengan baik.

Memahami resiko hipotermia saat di gunung itu sangat penting untuk keselamatan setiap pendaki. Sebelum melakakukan pendakian diperlukan persiapan yang matang, dengan melakukan pemilihan pakaian yang tepat, pembekalan yang cukup dan kesadaran akan gejala hipotermia. Seorang pendaki harus menikmati indahnya keindahan alam penggunungan tanpa harus mengorbankan keselamatannya. Selalu prioritaskan keselamatan diri, menjaga komunikasi baik dengan rekan pendaki, dan ikuti paduan keselamatan yang ada.

Puncak gunung yang dituju, tetapi pulang dengan selamat adalah tujuan utama seorang pendaki.

Penulis: Silvia Jamila Ratna Ayu, Mahasiswi STEI SEBI, Prodi Manajemen Bisnis Syariah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *