Milenianews.com, Mata Akademisi– Dakwah disebut sebagai ilmu empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dengan penelitian dan pengamatan berulang sehingga menghasilkan konsep dan gagasan sebelum akhirnya teori.
Mungkin dakwah terkesan begitu subjektif, namun berdasar pada penelitian empiris dakwah bersifat objektif secara metodologi keilmuan.
Adapun dakwah bersifat analitis dengan melihat hubungan pokok satu dengan yang lain sehingga memiliki arti yang komprehensif.
Ilmu dakwah yang bersifat objektif didasarkan atas fakta yang dapat diuji, bukan buah manipulasi permainan diksi dan emosi.
Ilmu dakwah yang bersifat verifikatif dibangun oleh dasar dan konsep yang teruji dengan data dan fakta. Dapat terbukti bukan hanya angan semata.
Dakwah bukan sepenuhnya dogma tanpa ruang untuk tafsir yang kompleks. Dakwah mampu menyelami akar-akar pokok filsafat dengan pola pikir ilmiah.
Maka itu, dakwah harus memiliki kepercayaan dan kelogisan bagi mad’u (sasaran/ objek dakwah). Bukan hanya ajakan dengan keyakinan tanpa nalar kritis yang berjalan.
Itu merupakan syarat Ilmu Dakwah sebagai ilmu pengetahuan, yakni empiris, sistematis, analitis, objektif, verifikatif, kritis, ilmiah, dan logis.
Dan ini membuktikan ilmu dakwah bukanlah dogma mutlak namun menjadi ilmu pengetahuan yang terus berkembang.
Penulis: Syamsul Yakin dan Ade Kamilah, Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta