Tarian Doro Mantika di Festival Pesona Tambora

Tarian Doro Mantika
sumber : detik.com / (Faruk Nickyrawi/detikTravel)

Dompu, Milenianews.com – Gunung Tambora memang sudah tak asing lagi di telinga traveler atau bagi pendaki gunung. Selain alam yang indah, Tambora punya kekayaan budaya yang menarik. Kekayaan budaya Gunung Tambora ditampilkan dalam bentuk tarian yang diberi nama Tarian Doro Mantika dalam pagelaran acara puncak Festival Pesona Tambora yang digelar di Doro Ncanga Dompu, Kamis (11/04/2019) silam.

Dilansir dari detik.com, Gunung Tambora memiliki tumbuhan endemik yaitu Pohon duabanga atau Kalangggo, burung-burung berkicau dengan tarian alamnya dan menghidupkan Ayam Hutan Hijau (Peo) dan burung Kakatua Putih, serta rusa timor (maju) sebagai hewan endemik. Padang Savana DoroNcanga yang membentang dari timur hingga barat, tempat di mana ribuan hewan ternak merumput dan berkubang, serta lautan biru menghampar luas seluas mata memandang. Semua itu ada di Gunung Tambora.

Makna Dibalik Tarian Doro Mantika

Tarian Doro Mantika yang melibatkan 270 penari itu mengandung makna. Dalam bahasa Indonesia, Doro berarti Gunung, Mantika berarti Yang Indah. Sehingga arti tarian Doro Mantika adalah Tarian Gunung Yang Indah. 

(Faruk Nickyrawi/detikTravel)
sumber : (Faruk Nickyrawi/detikTravel)

Tarian Doro Mantika menggambarkan tentang peradaban dou Dompu (orang Dompu) di sekitar lerang Gunung Tambora. Sumber daya alam yang melimpah, hasil pertanian yang banyak. Sistem kehidupan masyarakat yang dinamis direpresentasikan di setiap gerakannya, yang memadukan unsur kearifan lokal Dompu dalam gerak, suara dan berpakaian.

“Nyanyian alam mengilhami syair tradisional Dompu yang dilagukan dengan musik mengalun. Masyarakat bersuka cita mencintai alamnya, menjaga dan melestarikan setiap jengkal anugerah itu. Menumbuhkan harapan dalam setiap aspek. Lalu berjanji dengan segala kesyukuran pada Tuhan untuk menjaga anugerah indah itu untuk dana Dompu yang Nggahi Rawi Pahu,” kata pembuat Sinopsis Tarian Doro Mantika yang juga Budayawan muda Dompu, Syafruddin.

Dalam setiap gerakannya, Tergambar pula aktivitas dou Dompu saat Bekerja di ladang, membersihkan lahan pertanian, menenun, beraktifitas di dalam uma panggu (rumah panggung) oleh kaum ibu. Berburu dengan tombak dan berinteraksi dengan alam adalah sistem sosial yang menjadikan masyarakat Dompu sangat bersahaja. 

(Faruk Nickyrawi/detikTravel)
sumber: (Faruk Nickyrawi/detikTravel)

Sekedar Informasi bahwa Gunung Tambora yang terletak di pulau Sumbawa di Indonesia pernah Melets. Letusan ini dimulai pada 10 April 1815, Bumbungan letusannya menurunkan suhu global, dan beberapa ahli percaya hal ini menyebabkan pendinginan global dan kegagalan panen di seluruh dunia pada tahun berikutnya, kadang dikenal sebagai tahun tanpa musim panas.

Akan tetapi, 204 tahun berlalu setelah Tambora meletus dengan hebat, dan  meluluhlantakkan semua yang ada meninggalkan kaldera terdalam dan terluas di dunia, dan melahirkan Doro Afi Toi di dasarnya.

Kehidupan setelah itu berubah, bencana tidak selamanya membawa keburukan. Karena pasca letusan, Tambora menjadi tempat yang indah untuk berwisata, hutan hujan tropis tumbuh subur dengan satu tumbuhan endemiknya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *