Filosofi Ketupat Lebaran

Filosofi Ketupat

Milenianews.com – Bersiap menyambut lebaran idul fitri yang hanya tinggal beberapa hari lagi membuat umat muslim antusias melakukan berbagai persiapan. Salah satunya menyiapkan kudapan dan berbagai jenis hidangan makanan, yakni ketupat dan opor ayam.

Menu sajian paling khas saat lebaran Idul Fitri adalah ketupat. Bahkan ketupat sudah jadi ikon nya Idul Fitri, bersama bedug. Tak heran jika banyak ornamen idul fitri dilambangkan dalam bentuk ketupat.

Baca Juga : Umat Muslim Diimbau Salat Id di Rumah Saja

Namun tahukah sobat Milenia, filosofi yang terkandung dari ketupat?

Foto : Ketupat yang biasa disajikan saat lebaran tiba.

Ketupat pertama kali diperkenalkan Kanjeng Sunan Kalijaga pada masyarakat Jawa, (ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) ) sehingga dibudayakan sebagai ba’da kupat dan ba’da lebaran.

Ba’da kupat adalah hari raya untuk orang yang melaksanakan puasa syawal setelah lebaran seminggu, sedangkan ba’da lebaran adalah saat hari raya Idul Fitri dimana semua umat muslim diharamkan untuk berpuasa.

Pada awalnya, masyarakat memiliki kebiasaan menggantungkan ketupat didepan pintu rumah dan dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan. Kemudian tradisi ini diubah oleh Sunan Kalijaga agar ketupat sebagai sajian makanan saat Idul Fitri.

Filosofi ketupat menggambarkan keragaman kesalahan yang diperbuat oleh manusia dilihat dari rumitnya pembuatan anyaman ketupat. Warna putih yang terlihat saat belahan ketupat terbuka mencerminkan kesucian dan kebersihan hati setelah meminta permohonan maaf dari semua kesalahan.

Anyaman ketupat yang rumit hingga menjadi bentuk kesempurnaan yang indah melambangkan kemenangan bagi umat muslim setelah sebulan lamanya berhasil menahan dahaga, lapar, dan hawa nafsu.

Umumnya ketupat disajikan beserta opor ayam yang bersantan, dimana dalam pantun Jawa dikatakan “kupa santen” artinya “kulo lepat nyuwun ngapunten”. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya “saya salah, saya minta maaf”.

Baca Juga : Sobat Milenia Sudah buat Kue untuk Lebaran? Belajar buat yuk! Simak Bahan-bahannya Berikut ini

Sehingga perpaduan antara ketupat dan opor ayam mencerminkan permintaan maaf yang tulus untuk memperbaiki kesalahan dengan hati yang suci dan putih.

Proses asimiliasi budaya dan keyakinan mampu mendobrak kemistisan dari ketupat sehingga berbentuk sajian makanan yang disantap saat Idul Fitri dan menjadi tradisi Islam yang unik di Indonesia. Terkhusus dalam merayakan lebaran sebagai momen saling meminta maaf dan mengakui kesalahan yang telah diperbuat. (lag)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *