Oleh: Dea Affriyanti
Relawan hati penuh ironi,
Sang merpati yang berlagak indah bak karya seni
Relawan hati penuh sensasi,
Pada fajar yang berlagak laksmi dengan sejuta saksi
Mencoret bukti angan-angan dengan penuh keikhlasan
Menyadari cercahan getih pada embun yang ditabukan pada sapaan
Nyatanya harapan tak seindah kupu-kupu ditaman
Wanodya cantik itu, rupanya hanya gelakan yang diterpa zaman
Barangkali sang pujaan enggan melupakan
Biar lah bisuan yang rela dilupakan
Ketika muslihat ditangguhkan pada kata elakan
Pastikan bahwa perih gemar untuk dilupakan
Harmoni sang jalang,
Rupanya sore hari yang tak kunjung hilang
Barangkali dada sulit untuk rasa lapang
Biarlah kesempatan yang bersedia untuk ditebang