Milenianews.com – Neraca perdagangan barang Indonesia mencatat kinerja emas. Januari hingga September terjadi peningkatan sebesar US$33,48 miliar. Angka ini US$11,30 miliar lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.
Nilai ekspor pada periode Januari-September juga mengalami kenaikan sebesar 8,14% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini didorong oleh sektor industri pengolahan yang mencatat nilai ekspor sebesar US$167,85 miliar yang naik 17,02% dari periode yang sama tahun lalu.
Baca juga: Bank Indonesia Sebut Surplus Neraca Perdagangan yang Positif Dapat Mendukung Ketahanan Eksternal
Ekspor Indonesia Didominasi Nonmigas
Tiga negara menjadi tujuan ekspor terbesar Indonesia, yaitu Tiongkok, Amerika Serikat dan India. Kontribusi mereka mencapai 41,81% dari total ekspor nonmigas Indonesia selama periode Januari-September 2025.
Tiongkok masih memimpin sebagai pasar ekspor utama dengan nilai US$46,47 miliar atau 23,36%. Selanjutnya, Amerika Serikat dengan nilai US$23,03 miliar (11,53%). Disusul dengan India sebesar US$14,02 miliar (7,02%).
Ekspor ke Tiongkok didominasi oleh komoditas besi, baja, bahan bakar mineral dan produk nikel. Sementara, ekspor ke Amerika Serikat didominasi oleh produk mesin, perlengkapan elektrik, pakaian, aksesoris serta alas kaki.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini mengatakan bahwa Indonesia sudah surplus selama 65 bulan berturut-turut. Namun komoditas migas masih defisit.
“Dengan demikian, Indonesia telah mencatat surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus ini sepanjang Januari-September 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar US$47,20 miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit US$13,71 miliar,” ungkap Pudji Ismartini melalui siaran pers yang diunggah pada Senin (3/11).
Inflasi Oktober mencapai titik tertinggi
BPS juga merilis data inflasi terbaru. Pada bulan Oktober 2025, terjadi inflasi sebesar 0,28% (M-o-m). Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 2,86%. Inflasi tahun kalender mencapai 2,10%.
Secara historis, bulan Oktober sering mengalami inflasi. Ini tercatat mulai dari tahun 2021 hingga 2025. Hanya Oktober 2022 yang mencatat deflasi. Tingkat inflasi yang terjadi pada Oktober 2025 ini merupakan yang tertinggi dan telah melampaui angka pada Oktober 2021 hingga 2024.
Komponen inti menjadi pendorong utama inflasi mencapai 0,25%. Komoditas emas perhiasan dan biaya kuliah menjadi dominan. Selanjutnya, komponen harga diatur pemerintah juga memberi adil sebesar 0,02%.
“Kelompok pengeluaran menyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya. Kelompok ini mencatat inflasi sebesar 3,05%. Kelompok ini memberikan adil inflasi sebesar 0,21%,” jelas Pudji.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.








