News  

Khutbah Idul Adha, Prof. Rokhmin Kupas Pentingnya  Memaknai dan Mengamalkan Nilai-nilai Substansial Idul Adha

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS menjadi khatib Idul Adha di Lapangan Perguruan Muhammadiyah Matraman, Jakarta Timur, Jumat (6/6/2025). (Foto: Dok Dulur Rokhmin)

Milenianews.com, Jakarta— Rektor Universitas UMMI, Bogor yang juga  Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS menjadi khatib Idul Adha di  Lapangan Perguruan Muhammadiyah Matraman, Jakarta Timur, Jumat (6/6/2025).

Ia membawakan khutbah berjudul  “Memaknai dan Mengamalkan Nilai-nilai Idul Adha untuk Kesuksesan dan Kebahagiaan Hidup di Dunia dan Akhirat”.

Di bagian awal khutbahnya, anggota DPR – RI (2024 – 2029) itu menyoroti sejumlah paradoks yang terjadi di Indonesia. Antara lain, masih rendahnya Tingkat pendapatan masyarakat, masih tingginya Tingkat kemiskinan,  sebagian besar masyarakat tinggal di rumah yang tieak layak huni,  dan ketimpangan antara penduduk kata vs miskin.

“Yang pasti, kemiskinan, kekurangan gizi, kelaparan, ketimpangan kaya vs. miskin, dan ketertinggalan sebuah negara-bangsa adalah bertentangan (tidak sesuai) dengan nilai-nilai Islam, termasuk nilai-nilai yang terkandung dalam Idul Adha. Sebab, agama Islam sebagai pedoman hidup manusia, dengan segenap syariat dan aturannya diturunkan oleh Allah SWT adalah untuk kebaikan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, dan untuk rahmat bagi seluruh alam,” kata Prof. Rokhmin mengutip  QS. Al-Baqarah [2]: 201; QS. AlQasas [28]: 77; dan QS. Al-Anbiya [21]: 107).

Di sisi lain, kata dia, Islam pun melarang manusia hidup bermegah-megahan (flexing), menumpuk harta, dan tidak menolong anak yatim dan orang miskin untuk bisa hidup sejahtera (QS. Al-Humazah [104]: 2; dan QS. Al-Ma’un [107]: 1, 2,3, dan 7). Karena, bermegah-megahan, menumpuk harta, dan tidak menolong orang miskin adalah akar masalah (the root cause) dari ketimpangan ekonomi dan ketidak-adilan.

Anggota Dewan Pakar ICMI Pusat itu  lalu mengutip sabda Rasulullah SAW,  “Tidaklah beriman kepada-Ku orang yang kenyang semalaman, sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya” (HR. At-Tabrani).

Paradoks lainnya yang melanda umat Islam dan bangsa Indonesia adalah di bidang literasi, penguasaan IPTEK, inovasi, produktivitas kerja, kejujuran, amanah dan akhlak mulia lainnya, serta ukhuwah Islamiyah.

Baca Juga : Prof. Rokhmin: Alumni Perguruan Tinggi Harus Terus Belajar, Lakukan Riset, Kuasai dan Terapkan Teknologi,  dan Taqwa kepada Allah

Terkait produktivitas kerja, kata Prof. Rokhmin, Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dan produktif sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw di banyak Haditsnya, antara lain: “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan karena upaya keterampilan kedua tangannya (kerja keras) pada siang hari, maka pada malam itu, ia diampuni oleh Allah” (HR. Ahmad). “Sungguh, seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta kepada orang lain, baik orang lain itu memberinya atau menolaknya” (HR. Bukhari).

Ketua Dewan Pakar Ikhwanul Mubalighin itu  juga mengemukakan, “Dewasa ini kejujuran, amanah, keikhlasan, dan persatuan (ukhuwah) telah menjadi barang langka di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Tidak sedikit para pemimpin dan elit bangsa kita yang hanya mengumbar janji pada saat kampanye, tanpa realisasi ketika terpilih menjadi pemimpin atau wakil rakyat. Pencitraan, kebohongan, menggunakan dokumen palsu, dan hoax dijadikan alat untuk memamerkan kinerjanya. Bukan karya nyata dan platinum legacy yang dapat mencerdaskan, mensejahterakan, dan membahagiakan rakyatnya.”

Prof. Rokhmin menegaskan, banyak faktor yang menyebabkan sejumlah paradoks (kejanggalan) yang menimpa umat Islam. Salah satunya adalah karena umat Islam pada umumnya di dalam menjalankan ibadah mahdhoh; termasuk ibadah haji, ibadah qurban, dan sholat Idul Adha itu hanya bersifat ritual dan seremonial belaka. Tidak memahami artinya, tidak tahu substansi dan maknanya. Apalagi untuk menjalankan (mengimplementasikan) nilai-nilai (substansi) dari berbagai ibadah mahdhah itu dalam kehidupan keseharian.

Maka, jangan heran bila sering kali kita menjumpai seorang muslim atau muslimah yang nampak sangat saleh secara individual (sangat baik ‘kesalehan individual’ nya). Dia sudah melaksanakan ibadah haji dan umrah berkali-kali, rajin menunaikan shalat fardhu dan sholat-sholat sunnah, puasa sunah, dan ibadah mahdhoh lainnya. Namun, dia sering menyakiti 10 tetangganya, kikir, tidak suka menolong fakir miskin, korupsi, tidak jujur, pembohong, pendengki, pendendam, tidak mau berkurban untuk menegakkan kalimat Allah (Islam), dan akhlak buruk lainnya. Dengan perkataan lain, sudah menjadi pemandangan seharihari (hal yang lumrah), bahwa kebanyakan muslim dan muslimah di Indonesia  a itu sangat baik ‘kesalehan individual’nya, tetapi amat buruk ‘kesalehan sosial’ nya,” tegas Prof. Rokhmin yang juga anggota Dewan Pakar MLH – Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

“Oleh karena itu, marilah kita jadikan Idul Adha kali ini sebagai momentum bagi kita Umat Islam di Indonesia pada khususnya, dan di dunia pada umumnya. Untuk bangkit, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai (hikmah) substansial dari setiap ibadah mahdhoh yang kita kerjakan, terutama ibadah haji, sholat Idul Adha, dan ibadah qurban. Sebagaimana diingatkan oleh Presiden pertama RI, Dr.Ir. Soekarno (Bung Karno), bahwa kita “Umat Islam harus mengambil api (substansi, ruh) Islam, bukan asapnya (ritual dan seremoni nya) saja”,” paparnya.

Setiap hari raya Idul Adha, setidaknya umat Islam  terus diingatkan kembali tentang Hikmah Ibadah Haji dan Hikmah Ibadah Qurban, guna meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

“Peristiwa ibadah haji seharusnya mampu menyadarkan kita, bahwa pada hakikatnya umat manusia adalah satu keluarga, satu kesatuan, serta sama dan setara dalam pandangan Allah SWT. Tidak ada manusia yang lebih unggul dan lebih baik dari yang lainnya, kecuali atas dasar ketakwaan atau ketaatannya kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Al Hujurat ayat 13 “ Inna akramakum ‘indallahi atqakum (sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah Swt adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian)”,” ujar Prof. Rokhmin.

Ibadah haji merupakan ajaran dan ritual keagamaan sekaligus Rukun Islam pamungkas, dengan tujuan untuk menapaktilasi perjuangan ketauhidan Nabi Ibrahim a.s. dan putranya, Nabi Ismail a.s. “Namun, ibadah ini hanya akan menjadi sebuah simbol atau ritual yang tidak  terlalu berguna, apabila kita tidak mampu menangkap makna terdalam dari setiap aktivitasnya,” kata Prof. Rokhmin yang juga Anggota Dewan Pembina BAMUSI (Baitul Muslimin Indonesia);

Selain ibadah haji yang sarat muatan nilai dan hikmah tersebut, pada momentum Idul Adha umat Islam  menyaksikan penyembelihan hewan qurban. “Ibadah qurban adalah wujud keimanan, ketakwaan, amal saleh, sekaligus tanda syukur kepada Allah SWT,” ujar Prof. Rokhmin yang juga anggota Dewan Pakar Majelis National KAHMI;

Ia lalu mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al Kautsar ayat 1-3 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orangorang yang membenci kamu, Dialah yang terputus”.

“Melalui syariat Ibadah Qurban, Islam mengajarkan kepada umatnya agar berjiwa rela berkorban apa saja, demi bakti dan taatnya kepada Allah SWT,” kata Prof. Rokhmin Dahuri.

Respon (1)

  1. khutbah yang sangat mendalam artinya untuk kita tauladani maksud dan tujuannya, agar kita sukses Dunia dan Akhirat. Aamiin YRA.
    Salam buat Kakanda Prof Rokhmin Dahuri.
    Dari adinda Semarang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *