Milenianews.com, Mata Akademisi– Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang mengacu pada kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu perekonomian. Salah sartu faktor yang mempengaruhi inflasi adalah riba, yaitu praktik pemberian pinjaman dengan bunga yang tinggi. Artikel ini akan membahas pengaruh riba terhadap inflasi, bagaimana mekanismenya, serta dampak yang ditimbulkan pada perkonomian secara keseluruhan.
Pengertian Riba dan Inflasi
Riba secara umum diartikan sebagai pengambilan tambahan dari pokok pinjaman yang disepakati sebelumnya. Riba biasanya dikaitkan dengan suku bunga yang tinggi yang memberatkan para peminjam.
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode tertentu. Inflasi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk permintaan yang tinggi, biaya produksi meningkat, serta kebijakan moneter yang longgar.
Mekanisme Pengaruh Riba Terhadap Inflasi
Meningkatnya Biaya Produksi: Riba menyebabkan biaya pinjaman menjadi lebih tinggi. Ketika perusahaan meminjam uang dengan bunga yang tinggi, biaya produksi mereka akan meningkat. Kenaikan biaya produksi ini pada akhirnya diteruskan kepada konsumen dalam bentuk harga barang dan jasa yang lebih tinggi, sehingga memicu inflasi.
Penurunan Daya Beli: Riba menyebabkan pengeluaran yang lebih tinggi untuk pembayaran bunga pinjaman. Bagi individu, ini berarti pengeluaran mereka untuk kebutuhan sehari-hari menjadi lebih sedikit karena Sebagian pendapatan harus digunakan untuk membayar bunga. Penurunan daya beli Masyarakat ini bisa menyebabkan permintaan agregat menurun, namun jika penurunan tidak sebanding dengan kenaikan harga, inflasi tetap bisa terjadi.
Peningkatan Uang Beredar: Dalam sIstem perbankan yang berbasis riba, Bank menciptakan uang baru melalui mekanisme kredit. Ketika kredit diberikan dengan bunga tinggi, jumlah uang yang beredar di perekonomian meningkat. Peningkatan jumlah uang beredar ini bisa menyebabkan inflasi jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi barang dan jasa.
Kebijakan Moneter yang Ketat: Untuk mengendalikan inflasi yang disebabkan oleh riba, bank sentral seringkali menaikkan suku bunga. Namun, kenaikan suku bunga ini semakin tinggi dapat menurunkan investasi dan konsumsi.
Dampak Riba Terhadap Perekonomian
Ketidakstabilan Ekonomi: Ketika suku bunga tinggi, banyak Perusahaan dan individu yang gagal membayar utang, sehingga terjadi peningkatan kebangKrutan. Hal ini bisa menyebabkan krisis keuangan dan ketidakstabilan ekonomi yang lebih luas.
Ketimpangan Sosial: Riba cendrung memperkaya pemberi pinjaman dan memiskinkan peminjam. Hal ini memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi di Masyarakat. Orang-orang yang tidak mampu membayar bunga tinggi akan semakin terpuruk dalam kemiskinan.
Efesiensi Ekonomi yang Rendah: Biaya pinjaman yang tinggi dapat menghambat investasi produktif. Perusahaan mungkin ragu untuk melakukan ekpansi atau inovasi karena takut tidak mampu membayar bunga pinjaman yang tinggi. Ini bisa mengurangi efesiensi ekonomi dan pertumbuhan jangka Panjang.
Analisis Dampak Riba Terhadap Inflasi
Praktik riba tidak hanya mempengaruhi inflasi melalui peningkatan biaya produksi dan penurunan daya beli, tetapi juga melalui dampaknya terhadap kebijakan moneter. Ketika bank sentral merespon inflasi dengan menaikkan suku bunga, efeknya seringkali perlambatan ekonomi. Perusahaan dan individu cenderung mengurangi pinjaman mereka, yang pada gilirannya dapat menurunkan investasi dan konsumsi.
Namun, paradoksnya meskipun kebijakan moneter ketat bertujuan untuk mengendalikan inflasi, dalam jangka Panjang, dapat menciptakan siklus ketergantungan pada pinjaman berbunga tinggi. Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana biaya pinjaman yang tinggi terus memicu inflasi, dan kebijakan moneter yang lebih ketat hanya memberikan Solusi sementara.
Solusi Alternatif
Untuk mengatasi dampak negatif riba terhadap inflasi dan perekonomian secara keseluruhan, perlu dicari solusi alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan. Beberapa di antaranya adalah:
Pembiayaan Syariah: Sistem pembiayaan syariah yang berbasis bagi hasil dapat menjadi alternatif yang lebih adil daripada sistem riba. Dalam pembiayaan syariah, risiko dan keuntungan dibagi antara pemberi dana dan penerima dana, sehingga tidak memberatkan satu pihak saja
Kebijakan Fiskal yang Adil: Di sini pemerintah dapat memainkan peran penting dalam mengendalikan inflasi dengan kebijakan fiskal yang adil. Ini termasuk pengaruh pajak yang progresif dan subsidi bagi sektor-sektor yang rentan terhadap inflasi.
Penguatan Sektor Rill dengan artian meningkatkan produksi barang dan jasa melalui investasi di sektor rill dapat membantu menyeimbangkan jumlah uang yang beredar di perkonomian, sehingga inflasi dapat dikendalikan. Investasi dalam infrastruktur, teknologi, dan Pendidikan adalah beberapa cara untuk memperkuat sektor rill.
Kesimpulan
Riba memilih pengaruh yang signifikan terhadap inflasi dan stabilitas ekonomi. Praktik riba yang menyebabkan peningkatan biaya produksi, penurunan daya beli, peningkatan uang beredar, dan kebijakan moneter yang ketat dapat memicu inflasi, Selain itu, riba juga berdampak negative penting bagi pemerintah dan otoritas keuangan untuk mencari alternatif pembiayaan yang lebih adil dan stabil untuk menjaga kesehatan perekonomian.
Dengan memahami pengaruh riba terhadap inflasi, kita dapat merumuskan kebijakan yang lebih efektif dalam mengendalikan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Referensi
- Chapra, M. U. (2000). The Future of Economics: An Islamic Perspective. Leicester: Islamic Foundation.
- Fischer, S. & Dornbusch, R. (1983). Macroeconomics. New York: McGraw-Hill.
- Khan, M. F. & Mirakhor, A. (1987). Theoretical Studies in Islamic Banking and Finance. Houston: Institute for Research and Islamic Studies.
- Siddiqi, M. N. (1981). Muslim Economic Thinking. Leicester: Islamic Foundation.
- Karim, R. A. A. & Archer, S. (2002). Islamic Finance: Innovation and Growth. London: Euromoney Books.
- Friedman, M. (1970). A Theoretical Framework for Monetary Analysis. Journal of Political Economy, 78(2), 193-238.
- Chapra, M. U. (1992). Islam and the Economic Challenge. Leicester: Islamic Foundation.
- Samuelson, P. A. & Nordhaus, W. D. (2005). Economics. New York: McGraw-Hill.
- Hossain, M. (2014). The Impact of Interest Rate on Economic Growth Example of Bangladesh. International Journal of Applied Research and Studies (iJARS), 3(1).
- Schumpeter, J. A. (1934). The Theory of Economic Development. Cambridge: Harvard University Press.
- Lewis, M. K. & Algaoud, L. M. (2001). Islamic Banking. Cheltenham: Edward Elgar Publishing.
- Karim, N. S. A. (2016). Inflation and Its Impact on the Economy: A Focus on the Malaysian Islamic Financial System. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, 12(4), 21-35.
- Islamic Financial Services Board (IFSB). (2005). Guiding Principles of Risk Management for Institutions (Other than Insurance Institutions) Offering Only Islamic Financial Services. Kuala Lumpur: IFSB.
Referensi ini mencakup literatur tentang riba, inflasi, dan ekonomi Islam, serta buku dan artikel yang membantu membahas dampak suku bunga tinggi pada perekonomian.
Penulis: Shalih Al Yusufy, Mahasiswa STEI SEBI Depok.