Milenianews.com, Depok – Hari Sumpah Pemuda diperingati untuk mengingat semangat persatuan pemuda/i Indonesia. Banyak kegiatan yang digelar dalam peringatan yang jatuh pada 28 Oktober ini.
Era sekarang, informasi lebih mudah didapat dan disebar. Siapapun bisa menulis dan menyebarkannya dengan bebas dan menjadi konsumsi publik sehari-hari. Hal itu terjadi dari kemunculan sosial media sebagai tempat berkomunikasi dan tempat penyampaian informasi.
Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) melihat hal tersebut sebagai langkah untuk mengarahkan para pemuda/i agar bisa menggunakan platform sosial media dengan lebih bijak.
Baca Juga : Seminar Nasional Pemuda Digital Hadir Di UBSI Kampus BSD
Atas dasar itu, UBSI menggelar Seminar Nasional Pemuda Digital, yang digelar secara roadsho di 8 kampus UBSI, yang diakhiri di Kampus UBSI Margonda, Rabu (20/11).
Mengambil tema ‘Literacy Digital : the key to be a creative youth‘, seminar digelar di Tower Universitas Nusa Mandiri Margonda, Depok, Jawa Barat.
Instianti Elyana MM, M.Kom, Kepala Kampus UBSI kampus Margonda mengatakan, gelaran Seminar Pemdig (Pemuda Digital) guna mensinergikan kampus dan sekolah, menciptakan SDM yang kreatif dan aktif dalam mewujudkan cita-cita negara.
Menurut Elyana, pemikiran-pemikiran kreatif tercipta saat masa sekolah. Penting baginya, bahwa sekolah untuk agar selalu menumbuhkan pemikiran kreatif siswanya.
Terlebih, dalam penggunaan sosial media (Sosmed), menjadi tempat yang sangat bebas dalam beraspirasi. “Harus pandai menggunakan media digital, agar tidak kena hukuman,” lanjutnya. Lebih baik, saran Elyana media digital digunakan untuk menyalurkan kreatifitas.
Pemuda Harus Manfaatkan Waktu Belajar untuk Kembangkan Ide dan Potensi
Sementara, pembicara yang dihadirkan merupakan dua orang yang sudah lama bergelut di dunia digital dan marketing. Bayu Syarli, Co-Founder mamikos.com dan Achmad Baroqah Pohan, M.Kom, Head of Marketing and Communication BSI Group.
Bayu Syarli, menjelaskan tentang pemuda kreatif di era digital. Digital menurut Bayu, merupakan penggabungan dari Informasi, Komunikasi dan Teknologi. Ketiganya memungkinkan terjalinnya komunikasi satu sama lain.
“Digital itu tak jauh dari ICT (Information and communications technology-Informasi dan Teknologi Komunikasi ). Penggabungan ketiganya memungkinkan terjalinnya komunikasi satu sama lain. Dulu manusia berkomunikasi dengan batu, dengan menuliskan tulisannya di batu atau di gua-gua,” katanya saat menyampaikan materi.
Pria lulusan ITB ini, menyebutkan, teknologi memudahkan ita berkomunikasi, tak hanya itu, dalam pengembangannya penetrasi digital sudah merambah kemana-mana.
“Sekarang bertani saja sudah pakai ponsel, canggih banget sekarang. Pesen ojek aja tinggal buka ponsel. Dulu sumber informasi hanya dari televisi, sekarang sudah lebih mudah dan banyak bisa diakses melalui internet dengan adanya sosial media,” tambahnya.
Terlebih, di Indonesia sendiri menjadi potensi kaya ekonomi berbasis digital. “Indonesia kaya akan potensi ekonomi berbasis digital. Karena di Indonesia dengan penduduk 268 juta 56 persennya sebagai pengguna media digital, menjadikan Indonesia sebagai lahan pengguna internet terbesar di ASEAN,” jelasnya.
Hal tersebut dibuktikan dengan perkembangan StartUp yang ada di Indonesia. Bahkan beberapa StartUp sudah ada yang menjadi Unicorn, seperti Bukalapak, Tokopedia, Traveloka dan Ovo. Sementara Gojek dan Grab sudah menjadi Decacorn.
“Hal tersebut menjadi bukti anak-anak muda kreatif anak bangsa yang mampu memanfaatkan media digital. Banyak potensi dan ide yang bisa dibuatkan, dikembangkan idenya untuk diterapkan di dunia digital,” papar Budi.
Ia pun berpesan pada pemuda sekarang agar memanfaatkan waktunya selagi masih muda. “Cari banyak kesalahan untuk menemukan kesempurnaan dalam menciptakan sebuah karya,” ujarnya.
Manfaatkan Media Digital untuk Berkreasi
Di waktu bersamaan, Achmad Baroqah Pohan, dalam materinya menyinggung generasi milenial, yang menurutnya populasi di Indonesia sekarang di dominasi para generasi milenial.
Milenial menurut pria yang akrab disapa Pohan ini, adalah kelompok orang-orang yang lahir dari tahun 1980-an sampai 2000-an. Generasi milenial udah berkomunikas dengan teks.
“Milenial berkomunikasi dengan teks, membuat dan berbagi dalam sebuah platform. Sementara, generasi dibawahnya (sebelum generasi Milenial) lebih senang mengisi kontennya,” kata Pohan.
Internet sejak kemunculan pertamanya, sangat berguna untuk berkomunikasi dalam jarak jauh. Namun, seiring perkembangannya, tetap ada kekurangan dan kelebihannya.
“Gak bisa dipungkiri Indonesia menjadi peringkat ke-3 sebagai negara dengan perkembangan tercepat dalam penggunaan media digital.
Internet mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang jauh. Itu kelemahan dan kekuatan internet,” paparnya.
Namun, bagi Pohan hal yang lebih parahnya menyebutkan, bahwa dunia digital selalu menampilkan kepura-puraan, seperti dalam sosial media.
“Banyak orang-orang yang berlomba-lomba dalam membuat konten di sosmed hanya untuk mendapatkan like dan komen yang banyak. Padahal apa yang dipostingnya, sering memposting kepura-puraan.”
Selain itu, dalam dunia digital, pria asal Medan tersebut mengatakan, masih banyak ditemukan cyber bullying dan penyebaran informasi bohong alias Hoaks.
Baca Juga : UBSI Ajak Generasi Muda menjadi Pemuda Kreatif di Era Digital
Ia pun menyayangkan, orang-orang yang masih melakukan tindakan tidak terpuji tersebut. “Zaman sekarang, orang-orang saat ada yang melihat buly, malah direkam lalu upload ke sosmed. Itu lah yang menjadi dasar cyber bullying. Harusnya, kalo liat kekerasan hentikan jangan malah direkam lalu di publish.”
“Kita harus hentikan Cyber Bullying. Kekerasan melalui internet harus dihentikan,” kata Pohan. Tak hanya itu, maraknya hoaks juga harus dihentikan, karena itu selalu meresahkan masyarakat banyak.
“Berita hoaks itu mengatur emosi kita, isinya sedih kita jadi sedih, isinya marah kita jadi marah. Itu ciri-ciri hoaks, jika sampai informasi tersebut pada kita. Jangan kita teruskan,” jelasnya.
Seminar dihadiri puluhan pelajar dan mahasiswa dari sekolah dan kampus yang ada di Kota Depok. (Ikok)