Milenianews.com, Jakarta – Sutradara Joko Anwar berharap bahwa film terbarunya “Pengepungan di Bukit Duri” mampu memantik percakapan. Serta menjadi bahan diskusi masyarakat terkait kondisi sosial yang terjadi di Indonesia.
Baca juga: Menbud Hadirkan Program Untuk Kembangkan Film Nasional
“Maaf kalau saya bilang filmnya tidak menghibur, tapi gampang untuk diikuti. Sehingga apa yang coba kita sampaikan, memantik percakapan tadi bisa sampai ke banyak orang,” kata Joko Anwar dalam pemutaran pers, Kamis (10/4) lalu di Jakarta.
Sutradara ternama itu mengatakan, “Pengepungan di Bukit Duri” bukan sekadar menyuguhkan aksi menegangkan, melainkan sebuah ajakan reflektif. Khususnya bagi masyarakat Indonesia untuk berani membuka ruang diskusi dan menghadapi kenyataan sosial yang kerap dihindari.
Joko menyampaikan bahwa latar cerita yang diangkat dalam film ini merupakan kemungkinan masa depan Indonesia dua tahun dari sekarang. Hal tersebut sebuah gambaran yang menurutnya tidak sepenuhnya fiksi, melainkan proyeksi dari kondisi sosial yang sudah terjadi saat ini.
“Kalau kita tidak berubah, kalau kita terus menghindari percakapan penting, maka kita sedang menuju ke sana. Kita sering menghindari hal-hal sulit. Seperti trauma, kekerasan, ketimpangan sosial. Tapi luka itu tidak akan hilang hanya dengan dilupakan,” ujar Joko.
Lebih lanjut Joko mengungkapkan, film ini tidak hadir untuk menggurui, tetapi sebagai cermin yang memantulkan realitas bangsa. Khususnya tentang pendidikan yang tidak merata, tentang kekerasan yang makin meresap. Sehingga intoleransi yang masih menjadi persoalan besar di negara yang sangat heterogen.
Baca juga: Film Animasi “Jumbo” Tampilkan Ariel Noah dan BCL
Menurut dia, bangsa Indonesia memiliki kebiasaan denial atau penyangkalan terhadap persoalan-persoalan serius yang ada di tengah masyarakat.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.
