Menangkal Islamofobia Melalui Lensa Teologi Islam

islamofobia

Mata Akademisi, Milenianews.com – Islamofobia, atau ketakutan serta prasangka negatif terhadap Islam dan umat Muslim, telah menjadi masalah global yang semakin mengemuka di era kontemporer. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi hubungan sosial dan politik, tetapi juga memicu diskusi teologis tentang bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam dapat memberikan respons terhadap stigma tersebut. Dalam konteks ini, pemahaman tentang sifat-sifat Tuhan dalam aliran teologi Islam seperti Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, dan Murji’ah dapat memberikan perspektif unik tentang cara menghadapi Islamofobia melalui pendekatan rasional, teologis, dan sosial.

Islamofobia muncul dari ketidaktahuan, stereotip media, dan narasi politik yang menyalahkan Islam sebagai ancaman. Dampaknya meliputi diskriminasi, kekerasan, dan marginalisasi umat Muslim. Untuk melawannya, diperlukan pendekatan yang mencakup edukasi tentang hakikat Islam yang inklusif, dialog antaragama yang menekankan kesamaan nilai, serta pemahaman teologis yang menonjolkan keadilan, kasih sayang, dan kebijaksanaan Tuhan.

Baca juga: Islamofobia dan Radikalisme: Dua Wajah yang Sama-Sama Gagal Paham

Perbedaan pandangan tentang sifat Tuhan dalam aliran-aliran teologi Islam dapat menjadi kerangka untuk merespons Islamofobia. Dalam aliran Mu’tazilah, yang menolak antropomorfisme dan menekankan keesaan (tauhid) mutlak Tuhan, sifat Tuhan tidak terpisah dari zat-Nya (misalnya: “Tuhan Maha Adil” berarti Tuhan adalah keadilan itu sendiri). Mu’tazilah menekankan akal sebagai alat memahami agama, sehingga Islamofobia bisa dilawan dengan argumen rasional dan dialog intelektual. Konsep keadilan Tuhan menuntut keadilan sosial, termasuk perlindungan terhadap minoritas Muslim yang tertindas.

Adapun aliran Asy’ariyah menerima sifat Tuhan sebagai entitas nyata yang tidak sama dengan makhluk. Tuhan Maha Kuasa, dan kehendak-Nya mutlak. Konsep takdir ini dapat menjadi penguatan spiritual bagi Muslim yang menghadapi diskriminasi, bahwa ujian adalah bagian dari rencana Tuhan.

Sementara itu, aliran Maturidiyah menggabungkan rasionalitas Mu’tazilah dengan tradisionalisme Asy’ariyah, yaitu sifat Tuhan dipahami melalui wahyu dan akal. Pendekatan moderat ini cocok untuk membangun narasi Islam yang seimbang dalam menolak ekstremisme (sumber Islamofobia), tetapi tetap mempertahankan prinsip agama. Konsep hikmah (kebijaksanaan Tuhan) dalam Maturidiyah mendorong umat Muslim untuk bijak dalam merespons Islamofobia, misalnya melalui dakwah yang berpengaruh.

Selanjutnya, aliran Murji’ah menekankan penundaan penghakiman, bahwa hanya Tuhan yang berhak menilai iman seseorang. Mereka menolak untuk mengkafirkan orang lain. Prinsip toleransi Murji’ah relevan untuk membangun hubungan harmonis dengan non-Muslim.

Islamofobia bisa dilawan dengan pendekatan yang bijak dan menyeluruh. Pertama, edukasi dan dialog penting untuk menghilangkan ketidaktahuan. Kita bisa menggunakan argumen logis dan fakta sejarah untuk menunjukkan bahwa Islam mengajarkan perdamaian dan keadilan, seperti diajarkan aliran Mu’tazilah. Kedua, penguatan spiritual ala Asy’ariyah membantu umat Muslim tetap sabar dan tegar menghadapi diskriminasi, karena meyakini semua ujian ada dalam rencana Tuhan. Ketiga, narasi moderat ala Maturidiyah menekankan keseimbangan antara akal dan wahyu, sehingga Islam tidak dilihat sebagai ancaman, tetapi sebagai rahmat bagi semua. Keempat, toleransi ala Murji’ah mengajarkan untuk tidak mudah menyalahkan orang lain dan membangun hubungan baik dengan non-Muslim.

Baca juga: Radikalisme dan Over Toleransi dalam Refleksi Pemikiran Khawarij dan Murji’ah di Masyarakat Islam Kontemporer

Selain itu, perlu solusi praktis seperti melaporkan diskriminasi, membuat konten positif di media, dan mendorong kebijakan yang melindungi hak minoritas. Dengan kombinasi pendekatan teologis, sosial, dan politik, Islamofobia bisa dikurangi secara bertahap.

Islamofobia adalah tantangan kompleks yang memerlukan solusi dari berbagai sudut pandang. Pemahaman sifat Tuhan dari berbagai aliran teologi Islam menawarkan strategi berbeda dalam empat aliran tersebut. Dengan memadukan unsur-unsur ini, umat Muslim dapat merespons Islamofobia secara efektif—baik melalui edukasi, dialog, maupun keteladanan—berdasarkan sifat-sifat Tuhan yang universal: Maha Adil, Maha Pengasih, dan Maha Bijaksana.

Penulis: Rifdah Farnidinah, Dosen serta Dindan Arinindi, Mutia Mahira Firzati, Nila Khiyatul Aulia, Sherly Putri Pratama, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *