Tokoh  

Helvy Tiana Rosa, Siapa dia?

Helvy Tiana Rosa

Milenianews.com – Helvy Tiana Rosa lahir di Medan, 2 April 1970. Punya dua anak, yakni Abdurahman Faiz dan Nadya Paramitha. Perempuan ini punya bakat menulis sejak kecil. Lahir dari keluarga yang sederhana.

Sejak kecil hobi membaca. Dari hobi baca buku-buku, Ia juga aktif menulis puisi dan cerpen. Karyanya, Ia kirimkan ke redaksi majalah anak. Tak hanya itu Helvy kecil juga pandai menulis syair lagu. Ia pun ikut lomba baca puisi saat sekolah.

Baca juga: BYTES FEST 2020 : Wadah Kreatifitas Generasi Milenial

Hobi Menulis

Buku ibarat pedang bagi seorang penulis. Daya imajinasi seorang penulis yang akan membuat tajam pedang itu. Helvy mengaku ketika menulis selalu berusaha jadi pembaca juga. Hasil karyanya banyak lahir dari perenungan panjang.

Sejak kecil, Helvy memang bercita-cita jadi penulis. Cita-citanya makin nyata saat masa kuliah, Ia dirikan sebuah forum kepenulisan dengan nama Forum Lingkar Pena (FLP).

Ia berharap melalui FLP, anak-anak muda bisa belajar menulis dan saling berbagi pengalaman. FLP bukan organisasi penulis, tetapi organisasi bagi mereka yang ingin belajar dan ingin jadi penulis.

Sastrawan Akademisi

Helvy sebagai sastrawan juga akademisi. Terkenal lewat karya sastranya yang menginspiratif para pembacanya. Karya sastranya berupa puisi, cerita pendek, novel, drama dan esai sastra yang ada pada berbagai media massa.

Menulis baginya, bagai tanam berlian pada hati pembaca. Ia telah lama berkecimpung pada dunia tulis menulis. Sebagai sastrawan yang serba bisa. Para pembaca setia menikmati banyak karya sastranya.

Baca juga: Tantangan dan Peluang Generasi Milenial di Era “Digital”

Sebagai dosen yang mengajar pada jurusan bahasa dan sastra, Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Ia tahu betul perkembangan sastra pada dunia pendidikan Indonesia saat ini.

Kenalkan sastra pada anak-anak sedini mungkin. Dan buat mereka merasa senang belajar bahasa dan sastra. Karena, mereka belajar sastra dengan terpaksa. Menganggap sastra hanya khayalan belaka. Jadi ini tugas akademisi sastra merubah stigma dan pola pikir mereka.

Menurut Helvy, peradaban suatu bangsa dilihat dari banyak orang yang suka membaca dan menulis pada negeri itu. Sastra merupakan potret refleksi kehidupan manusia.(Umi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *