Oleh Hadi Suroso
Ku hanya ingin sebentar rehat dari segala bising yang membuat riuh isi kepala. Sejenak melepas lelah di antara jamaknya penat perlu kuberi ruang. Aku perlu sedikit waktu untuk memberi jeda agar semuanya kembali baik-baik saja. Tak perlu kau persoalkan hingga menambah kerumitanku.
Riak-riak kecil di sepanjang kebersamaan kita hingga saat ini, biarkan sekedar lumrah yang menggenapkan cerita kita, agar tidak kaku terjebak beku pada alur yang jemu. Biarkan setiap riak yang ada sekedar menjadi penjaga kita dari segala timpang, sebab lebih akan kehilangan maknanya tanpa kurang yang menyeimbangkan. Bukankah kurang atau lebih hanyalah bagian yang saling menyempurnakan ?
Barangkali tak selalu mulus perjalanan kita.
Aral melintang ataupun badai mengintai tak bisa dihindari. Siap meluluh lantakkan kapanpun. Namun sepanjang rasa percaya kita tidak saling memudar, maka sehebat apapun itu tak akan mampu membuat kita terkapar.
Di titik kita saat ini, marilah kita tengok kembali telah sejauh apa kita melangkah. Berjuta hasta jarak telah kita lampaui, beribu pula riak-riak sebelumnya sudah kita lewati. Lalu, akankah kita menyerah begitu saja di titik lelah kita kali ini ?
Marilah kita sedikit lebih tenang , sedikit lagi tepikan ego, dan tanyakan lagi ke hati kecil kita terdalam, apakah ini yang sungguh kita inginkan ? Ataukah ini sekedar luapan amarah sesaat yang nanti malah kita sesalkan ?
Sudahlah..Tidak perlu kita terus bertengkar.
Ketahuilah…aku tak ingin kita menyerah setelah sekian jauh kita melangkah. Aku juga tak ingin kita kalah di kali ini kita lelah. Aku benar- benar tak ingin jika kebersamaan ini hanya akan menjadi sejarah yang kita kenang sebagai masa lalu.
Aku bukannya pergi. Aku hanya ingin sejenak menepi. Jadi, tolong kamu bisa mengerti.
Bogor, 05112023
Hd’s
Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.