Puisi karya Hadi Suroso
Aku pernah menjadi patah yang tak kamu pedulikan. Aku pernah terkoyak yang tak kamu hiraukan. Aku adalah luka yang kamu biarkan mengering sendirian. Dan kamu sedikitpun tak bergeming , meski kamu adalah sebab dari semua itu.
Kamulah itu sosok perobek hatiku terhebat.
Mungkin bagimu itu biasa. Mungkin bagimu itu angin lalu saja. Membawaku membubung tinggi, lalu menghempaskan sekerasnya tanpa perasaan. Aku terkapar hingga nyaris tak sadarkan diri, terkulai merintih kesakitan. Dan kamu… terus saja berlalu meninggalkan.
Entah apa yang ada di pikiranmu hingga tega melakukan itu.
Jika ku mengingat lagi bagaimana dulu kita dipertemukan, lalu bagaimana kita menganyam kisah, rasanya sulit bagiku untuk mengerti jika kamu berubah. Kemarin kita adalah sepasang yang saling tidak ingin bisa dipisahkan. Mengikat janji untuk saling menggenggam hingga kapanpun.
Namun selanjutnya apa ? Kita hanya lakon yang tak berujung manis. Sebuah prahara hati untukku. Remuk dan berkeping-keping. Sementara kamu ? Sepihak bersikeras menyudahi tanpa ada satupun alasan yang kamu jelaskan.
Ternyata aku telah menaruh hati sepenuhnya kepada orang yang salah.
Sekian lama aku menahan perih akan luka itu. Tertatih aku merangkak untuk bisa bangkit. Hingga akhirnya aku mampu berdiri tegak menata langkah. Dan setelah aku benar-benar sembuh, kamu datang ingin kembali ?
Maaf…derai ini telah kering, telah habis untuk membasuh luka yang kamu sayatkan, seiring letihku menghapus namamu. Meski kamu memohon-mohon sekalipun, aku sungguh tidak bisa. Satu pelajaran berharga darimu telah membuatku tidak lagi lemah dengan diriku sendiri. Mungkin sekarang kamu baru mengerti bagaimana rasanya aku dulu kamu tinggalkan.
Sekali lagi maaf…pintu hati ini telah tertutup, dan namamu tidak lagi ada di dalamnya, meski sekedar bayangan yang melintas di sepiku.
Bogor, 07062025
Hd’s
Profil Penulis:
Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.com.