Puisi  

Cinta yang Tak Seharusnya

Oleh Hadi Suroso

Tak ada sepatah katapun terucap. Kamu hanya diam saat ku memohon maaf. Pandanganmu tak berkedip, kosong. Hanya bulir bening perlahan menetes dari pelupukmu. Betapa kamu menahan kesedihan yang mendalam.

Maafkan aku…, itu kata-kata terakhirku sebelum beranjak pergi meninggalkanmu.

Kamu tetap diam, hanya mematung menatapku yang kian menjauh. Sesak di dadamu dapat kurasakan mendengar keputusanku yang sepihak, saat aku katakan kita tak bisa lanjutkan, kita tak bisa teruskan, kita akhiri sampai di sini.

Mungkin perpisahan ini memang menyakitkan, tapi itu lebih baik.

Jujur…, aku tak ingin melukaimu, aku juga tak mau menyakitimu. Namun kita juga tahu, bagaimana mungkin kita terus melangkah jika selama ini kita menapaki jalan yang salah? Sejak awal memang ini sebuah kesalahan. Kitanya saja yang sama-sama tidak pernah menghiraukan.

Kita tak seharusnya lebih dari sekedar teman berbagi keluh kesah. Kita tak semestinya melampaui batas.

Cinta memang tak pernah salah. Tak mengetuk dulu pintu hati yang diingini. Anugerah yang patut untuk disyukuri. Namun cinta juga tidak selalu serta merta, kita tahu dimana ia selayaknya ditempatkan.  Dan kita,  adalah sebuah kesalahan memberinya ruang untuk tumbuh dan berkembang. Tidakkah itu kita sadari ? Marilah kita sama-sama kembali renungi.

Ku akui, aku tak pernah menyesal mengukir kisah itu denganmu. Namun biarlah itu cukup  menjadi kesalahan di waktu kemarin yang tak perlu kita ingat-ingat, tak perlu juga kita kenang. Mari coba kita lupakan. Sebab itu bukan saja baik bagi kita, namun juga baik bagi mereka yang perlu kita jaga bahagianya.

Dan sekali lagi, ijinkan aku meminta maaf dan mengucap selamat tinggal. Hanya do’a yang bisa kuiringkan, semoga kamu dapat menemukan bahagiamu dengan selain aku.

Bogor, 20052025

Hd’s

Profil Penulis:

Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari  mengasah jiwa dan menggali hikmah.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *