30 Rahasia Puasa Menurut Imam Ghazali

Judul buku: Kupas Tuntas Rahasia Puasa

Penulis: Syamsul Yakin

Penerbit: Zahir

Cetakan: I, Februari 2025

Tebal: ix + 85 hlm

Milenianews.com, Ngobrolin Buku– Buku ini merupakan terjemahan buku  Asrarush  Shaum yang merupakan bagian penting Kitab Ihya ‘Ulumuddin karya Hujjatul Islam Imam Ghazali.

Momentumnya sangat tepat. Buku ini  hadir menjelang bulan Ramadhan 1446 H yang sudah di depan pintu. Materi buku ini sangat diperlukan oleh umat.

Yang menarik adalah kepiawaian Dr. Syamsul Yakin MA, penulis buku ini,   memodifikasi kitab Asrarush  Shaum menjadi 30 rahasia puasa. Ini merupakan kejelian dan kecerdasan Kiai Syamsul Yakin, dosen Pasca Sarjana UIN Syarif  Hidayatullah Ciputat, serta Pimpinan Pondok Pesantren Darul Akhar-Parungbingung  dan Pondok Pesantren Madinatul Qur’an-Sawangan – keduanya di Kota Depok.

Dengan cara demikian, buku ini sangat membantu para dai untuk mengisi kultum, terutama kultum Ramadhan, kuliah Shubuh,  kuliah Zhuhur, baik di perkantoran, masjid, mushala, majelis ta’lim maupun sekolah. Secara pribadi, buku ini pun mudah dibaca dan dipahami oleh perorangan.

Salah satu kelebihan Kiai Syamsul Yakin adalah dia mampu menulis (termasuk menerjemahkan buku) dengan bahasa yang ringan dan lugas. Kalimatnya pendek, sesuai standar SPOK (Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan). Sehingga, mudah dimengerti oleh semua kalangan, termasuk orang awam sekalipun. Buku ini merupakan buku ke-24 yang ditulis oleh Kiai Syamsul Yakin.

Dalam buku ini, Kiai Syamsul Yakin tidak hanya sekadar menerjemahkan buku Asrarush  Shaum, tapi juga memberinya komentar. Dengan demikian, pembaca dapat memahami maksud tulisan Imam Ghazali secara lebih luas dan dalam.

Meski disajikan secara ringan, namun buku ini tetap menunjukkan kelas penulisnya sebagai seorang intelektual. Hal itu ditandai dengan adanya catatan kaki di hampir tiap bab yang  juga merujuk kepada berbagai kitab terkemuka.

Untuk menjaga keaslian dan  keshahihan buku karya Imam Ghazali tersebut, Kiai Syamsul Yakin memulai setiap bab dengan mengutip teks  asli dari buku Asrarush  Shaum. Kemudian menuliskan terjemahnya. Setelah itu menambahinya dengan komentar terhadap materi tersebut. Dan melengkapinya dengan catatan kaki.

Berikut ini sebagian judul yang tersaji dalam buku ini: Puasa itu Istimewa, Puasa Berujung I’tikaf, Tiga Tingkat Puasa, Memicingkan Mata, Menjaga Lidah, Menjaga Telinga, Menjaga Anggota Badan, Tidak Penuh dengan Makanan Halal, Tidak Banyak Tidur, Melakukan yang Utama, dan Memperoleh Kelanggengan Berkah.

Tidak sedikit orang berpuasa yang ketika berbuka mereka makan berlebihan. Hal itu kurang baik, walaupun yang mereka makan merupakan makanan halal. Hal ini ditegaskan dalam rahasia ke-5: “Kelima, tidak memperbanyak mengonsumsi makanan halal saat berbuka hingga kekenyangan. Sebab tidak ada yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal. Bagaimana mungkin puasa berguna untuk mengalahkan setan dan mengekang syahwat, apabila saat berbuka puasa orang yang berpuasa melampiaskan apa yang ditahannya sejak pagi hari.” (hlm 50-51)

Seringkali terjadi salah kaprah, mereka yang berpuasa malah memperbanyak tidur pada siang hari.  Alasannya tidur itu termasuk ibadah. Memang ada hadits Nabi yang menyatakan bahwa tidurnya orang berpuasa adalah ibadah, yakni “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Doanya adalah doa yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatagandakan.” (HR Baihaqi). Namun, dalam catatan kaki buku ini, Kiai Syamsul Yakin menegaskan bahwa hadits ini dhaif (lemah).

“Termasuk adab puasa adalah tidak banyak tidur pada siang hari  agar merasakan lapar dan dahaga serta lemahnya diri. Hal ini membuat hati jadi jernih. Pada  malam hadirnya, dipertahankan keadaan  lemah itu agar shalat Tahajud dan Wirid sesudahnya terasa ringan. Dalam kondisi seperti ini, diharapkan setan tidak lagi bersemayam  di hati orang yang berpuasa sehingga dia bisa melihat kerajaan langit.” (hlm 52-53)

Dalam buku ini juga dijelaskan tiga tingkat puasa. “Puasa memiliki tiga tingkat, yakni puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus.  Puasa umum adalah  menjaga perut dan kemaluan dari memenuhi syahwat… Sementara puasa khusus adalah menjaga telinga, mata, mulut, tangan, kaki, dan semua anggota badan dari dosa.  Sedangkan puasa paling khusus adalah memuasakan hati dari perasaan yang hina dan pikiran duniawi serta menjaga hati dari semua hal selain Allah.” (hlm 38)

Sebagai catatan, buku ini berawal dari Pengajian Pasaran Ramadhan kitab Asrarush Shaum di Pondok Pesantren Darul Akhyar, tanggal 1-20 Ramadhan 1445 H/  2024 M. Pengajian tersebut diikuti oleh jamaah yang berasal  dari berbagai kalangan dan datang dari berbagai tempat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *