Pada suatu hari di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat Ada seorang santri bernama Sultan Ahmad Riski, biasa dipanggil Sultan. Dia orang yang rajin. Umurnya sudah 18 tahun, kelas 3 SMA. Dia bercita-cita kuliah di Universitas Islam Madinah. Dia orang yang rajin shalat Tahajjud atau shalat di sepertiga malam dan rajin membaca Al-Quran. Dia juga sangat dermawan.
Di pondok, dia memiliki seorang sahabat yang bernama Muhammad Shahid, biasa dipanggil Shahid. Mereka memiliki cita-cita yang sama, kuliah di Universitas Islam Madinah.
Tiga bulan kemudian merekapun lulus sekolah, dan mengabdi di pondok selama satu tahun. Suatu hari merekapun berlibur ke pondok adeknya Shahid di Bukittinggi. Adeknya seorang perempuan.
Mereka pergi menggunakan angkutan umum. Mereka pun sampai di pondok adeknya Shahid yang bernama Fatimah. Lalu Sultan pun menunggu di pos pondoknya, sementara Shahid hanya mengobrol di gerbang pondok bersama adeknya, Fatimah. Ternyata Fatimah ini sangat cantik sehingga hati kecil Sultanpun berkata, “Ya Allah, sungguh cantik ciptaan-Mu” lalu Sultan tersadar dan segera menundukkan pandangannya.
Selesai mengobrol dengan adeknya, Shahid menghampiri Sultan. Lalu Sultan bertanya “Siapa nama adikmu?”
“Namanya Fatimah” ucap Shahid, dan Sultan pun tersenyum mendengar nama wania yang dia kagumi tersebut.
Shahid bertanya, “Apakah kamu menyukai adikku?”
“Kalau dia jodohku, Alhamdulillah,” ucap Sultan.
“Ooo berarti kamu memang menyukainya yaa” jawab Shahid.
“Ya” ucap Sultan.
“Kalau begitu kamu bisa mengirim surat kepada adikku” ucap Shahid.
Lalu merekapun pulang ke pondok dengan Sultan yang tak henti-hentinya tersenyum hingga sampai ke pondok.
Dengan penasaran, Shahid bertanya, “Kenapa?”
“Aku bahagia,” ucap Sultan.
Dengan semangat dan bahagia yang menggebu, Sultan menulis surat untuk Fatimah. Di dalam suratnya, Sultan memperkenalkan dirinya. Setelah menulis surat Sultan beranjak tidur dengan hati yang berbunga-bunga.
Di sepertiga malam, di saat semua orang tertidur lelap, Sultan bangun untuk melaksanakan Sholat tahajud seperti biasanya. Namun untuk kali ini Sultan menambahkan satu doa yang agak berbeda, “ Ya Allah, jika Fatimah itu jodohku, maka ridhoilah ya Allah. Aamiin”.
Tiga hari kemudian surat pun sampai di pondok Fatimah. Lalu Fatimah membaca suratnya. Dengan senang hati, dia membalas dan menuliskan nomor ponsel yang bisa dihubungi oleh Sultan lalu mengirim surat tersebut.
Ketika surat Fatimah telah sampai di pondok Sultan, sambil tersenyum-senyum Sultan membaca surat tersebut. Di dalam surat tersebut terdapat nomor Fatimah. Lalu Sultan mencoba menghubungi nomor tersebut. Sultan ingin melakukan taaruf dengan Fatimah dan Sultan pun berkata, “Setelah lulus dari Universitas Islam Madinah, saya akan melamarmu.”
Dengan senang hati, Fatimah setuju dengan rencana yang diaturkan oleh Sultan. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sultan telah lulus di Universitas Islam Madinah akhirnya Sultan pun melamar adiknya Sahid, Fatimah.
Penulis: Muhammad Arinal Haq-Pesantren Fajar Hidayah Padang Japang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar.
Ini cerita arin ni zah
Iya
Iya….