Suatu Saat Nanti Bagian 7

Tanpa basa-basi akupun langsung membalas Pesan darinya.

“Iya aka maaf ya, Ade ketiduran,” balasku Singkat.

“Hmm Iyah de enggak apa-apa, Ade sudah sampe kan? Tanya nya disebuah pesan WhatsApp.

“Iyah ka, Ade siap sampe kok.”

“Syukur kalo begitu,” balasnya lagi entah mengapa dia cepat sekali membalas pesan dariku.

“Milaaaa bangun, ini waktunya minum obat,” teriakan ibu dari ruang tengah begitu mengagetkan ku.

“Ya ampun, iya ibu,” ucapku.

Ibu memang begitu kalo bicara nadanya suka tinggi sedikit ngegas dan terkesan seperti orang marah padahal tidak, aslinya baik banget, ramah sama siapapun, ibu wanita yang tidak ada duanya bagiku.

Ku tutup percakapan di WhatsApp dengan sebuah kata singkat “iya”.

Ku hampiri ibu yang sedang duduk dikursi berwarna lavender itu, terlihat ibu sedang mamainkan ponselnya.

“Ibu lagi apa?” Tanyaku pada ibu yang sedang asik memainkan ponsel nya.

“Ini ibu lagi liat-liat online shop, banyak baju-baju rajut yang lucu, kamu suka baju rajut kan?” memperlihatkan isi ponsel nya.

“Engga Bu, Mila lagi gak pengen beli pakaian,” kataku sedikit malas pada ibu yang terus saja membeli pakaian padahal dipakai juga tidak.

“Hmmm tumben biasanya semangat kalo bahas soal pakaian,” terdiam sejenak.

“Yaudah nihh minum obat nya,” lanjut Ibu lalu mengambil obat yang sudah tersedia dimeja, segera ku minum obatnya lalu pergi untuk membersihkan diri karena tadi aku langsung tidur tidak sempat mandi dulu,

***

“Huaaaahhh seger banget rasanya”.

Ku simpan handuk di atas kursi yang ada di kamar ku, suara handphone ku berdering, aku mendapat pesan WhatsApp dari Rescha.

“De kapan kita ketemu?” Tanyanya padaku disebuah pesan yang ia kirimi.

Kali ini aku harus beri alasan apalagi, aku bingung sekali.

“De kita kenal udah lama lhoo udah berbulan-bulan, aka pengen ketemu sama Ade, masa iya mau gini terus?” Handphone ku berdering lagi, melihat pesan dari Rescha semakin membuatku bingung, ku biarkan saja tidak kubalas.

Mondar-mandir di dekat jendela memikirkan sesuatu yang sebenarnya adalah hal yang tidak rumit itulah kebiasaan ku. Aku tidak mungkin berbohong aku juga tidak mungkin berkata jujur jika sebenarnya aku ini sedang sakit. Sembari duduk di jendela lantas ku balas pesan dari Rescha.

“Maaf ka, untuk sekarang Ade belum bisa ketemu sama kaka”

“Udah aka tebak , selalu begitu terus jawaban nya, kapan de?” balasannya yang bertanya meminta kepastian kapan akan bertemu.

“Ade enggak tau, yang jelas suatu hari nanti kita pasti akan bertemu tanpa sengaja,”
pesan dariku tak juga dibalas oleh Rescha, entahlah mungkin dia kecewa dan marah aku yang tidak berani menghubunginya hanya bisa melihat room chat kita.

Hari-hari berlalu menjadi berminggu-minggu sejak saat itu kami tidak lagi bertegur sapa entah itu di sosial media facebook atau WhatsApp, sering kulihat dia sedang online membuat story di WhatsApp nya, namun tidak ada menghubungi ku, jangankan menghubungi ku, pesan terakhir dariku saja tidak dia baca.

Ya Tuhan perlahan semangat ku mulai meredup kembali, dengan sangat keras aku memikirkan kesalahan yang sudah kulakukan, namun mau bagaimana lagi saat ini aku tidak bisa menemui nya.

Aku tahu dia tidak menyukai ku itu sebabnya dia mengabaikan ku, lagi pula akunya saja yang terlalu kege’eran. Hampa terasa ketika seseorang yang selalu ada tiba-tiba mengabaikan, sedih sudah pasti, namun siapalah aku yang bukan siapa-siapa baginya.

Sekarang aku lebih sering membuka sosmed ku hanya untuk memantau nya, mengetahui keadaannya sampai suatu hari, entah mengapa hatiku tidak tenang rasanya gelisah sekali dada ku berdebar kencang.

“Ada apa ini,” aku bertanya pada diriku sendiri, aku ingin sekali WhatsApp dia walaupun tidak ada pesan masuk.

Ku ambil ponsel ku lalu duduk diatas ranjang dan memeluk boneka panda kesayanganku. Ku buka aplikasi WhatsApp itu muncul story Rescha sekitar 30 menit yang lalu, ada dua story.

Story pertama foto tentang Vape, karena setau ku dia memang lebih suka dengan Vape ketimbang rokok, namun saat melihat story yang kedua aku terkejut terdiam membeku aku tak percaya antara YA atau TIDAK.

“Ya Tuhan” ucapku dengan bibir.

Bergetar juga tangan ini, ikut bergetar hingga tidak terasa ku jatuhkan handphone ku (untung saja dikasur). Lama terdiam mematung tanpa sadar air mataku menetes, Rescha memposting foto seorang wanita dengan caption emoji Love.

Apa ini maksudnya? Aku bertanya-tanya.

Bersambung….

https://milenianews.com/2020/01/02/suatu-saat-nanti-bagian-6/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *