Oleh: Dea Affriyanti
Guratan ini hampir saja lenyap perlahan
Bukan karena pena yang tak lagi nyata
Atau afsun lain yang jelas sebatas retorika
Namun gadis kecil itu diperangi akan kegelisahan
Kini tak lagi terang layaknya kirana
Hanya ada fokus guna masa depan yang masih sekadar akara
Negri sakura itu? Rupanya masih sama…
Bersih kukuh ingin jadi miliknya meski diterpa anca
Rupanya, ia seperti dewana akan citta
Padahal kalbunya penuh ambiguitas yang membuatnya lara
Realita tak ingin diapit dengan tangguhan rucira
Hanya ada senandika yang terus bergejolak pada kata rudita
Validasi yang kini hanya bisa sumarah
Dan kontemporer yang sudah mulai berlawanan arah
Kaku, terarah kemudian timbul amarah
Biarlah semua itu disanggah dengan istikharah
Dentingan jam yang entah kapan jadi miliknya
Berharap Sang Maha Pemurah menitik akan takdir yang bukan sekadar ingin
Karena madahnya sudah bertumpah ruah
Dan langkahnya bak permohonan yang selalu tercurah