Suatu Saat Nanti Bagian 5

Sesaat kami saling bertatap Kembali dari kejauhan dan sekali lagi Dia tersenyum kepadaku, aku segera beranjak pergi dari tempat itu menyusuri lorong-lorong yang tadi ku lalui, angin itu terus saja menyibakkan rambutku yang terurai, langkah demi langkah sudah jauh aku berjalan kutengok lagi kebelakang rupanya dia sudah tidak ada disana.

“Dia sudah pergi” ucapku membati.

Handphone ku berdering lagi, sedari tadi ibu menelponku dan ya belum sempat ku Jawab dan segera ku angkat.

“Hallo” suara ibu ditelpon.

“Hallo Bu, ada apa ?” jawabku bertanya.

“Kamu dimana? Ayo pulang,” tanyanya dengan nada terdengar sedikit kesal.

“Iyah sebentar Bu, ini Mila lagi jalan ko” jawabku sembari berjalan menuruni satu persatu anak tangga.

“Iya cepat ya, udah lewat dzuhur nih” pinta ibu.

Iyaiya bu” segera ku tutup telponnya dan ku percepat langkah kakiku, masih tak percaya jika Rescha tadi memegang tanganku dan membantu ku untuk berdiri.

Perasaan yang tidak mungkin dapat ku lupakan hari ini, semuanya tidak bisa ku ungkapkan dengan kata, jikalaupun bisa mungkin takkan pernah ada habisnya, aku mendambakan hari ini, hari yang ku tunggu-tunggu bertemu dengannya, sayang sekali aku belum bisa menampakkan wajahku secara langsung.

“Aku berjanji suatu hari nanti aku akan menemuinya” janjiku kepada diriku sendiri.

Ku lihat ibu sedang duduk dikursi dan berbincang dengan dokter asep didepan ruangannya ,ku hampiri dan ku sapa mereka.

” Hallo” sapaku sembari kulepas maskerku.

“Mila darimana saja ?” tanya dokter Asep kepadaku.

“Kenapa kamu pakai masker?” tanyanya lagi.

“Hehe habis dari lantai atas dok” jawabku sembari tersenyum.

“Habis ngapain?”

“Habis ketemu teman dok” ucapku sembari memberi kode kepada ibu untuk segera pulang.

“Yasudah dok kami permisi dulu ya ” ucap ibu.

“Yasudah Mila kamu Jangan lupa minum obat nya ya, tetap semangat jangan putus asa yaa”

Pesan dokter kepadaku sembari mengelus-elus lembut rambutku.

“Iya dok terima kasih banyak , dokter juga jaga kesehatan ya” pintaku pada dokter Asep.

“Iya Mila pasti dokter jaga kesehatan kok”

“Iyah pokoknya harus ,kalo dokter sakit nanti siapa yang ngobatin Mila, hehe” ucapku sembari tersenyum, kami memang sudah sangat dekat dengan dokter Asep, bagiku beliau seperti Paman ku sendiri, rasanya sudah tidak canggung lagi.

“Iyah siap Mila” jawab pak dokter sedikit lucu.

” Kami permisi ya dok , ayo Mila” ucap ibu berpamitan kepada dokter Asep.

Sampailah aku disebuah parkiran ku lihat ke atas gedung rumah sakit yang menjulang tinggi itu,  berharap ada Rescha sedang melihat keluar jendela seperti yang dia lakukan tadi saat Aku melihatnya, aku berdiam diri dibawah terik matahari yang berada tegak lurus di atas kepala, selama beberapa saat ku pandangi gedung itu tapi tak ku lihat ada dia disana.

“Kemana dia ? ” batinku bertanya tanya.

“Mila ayo,” seketika panggilan ibu membuyarkan kepokusanku , yang sudah stay di dalam mobil, akupun bergegas masuk kedalam mobil ,ku turunkan kaca mobilnya, lagi lagi dan lagi ku pandangi gedung itu namun tak nampak ada Rescha, perlahan mobil yang kutumpangi mulai berjalan namun lagi lagi aku dikejutkan dengan sosok rescha yang tiba-tiba muncul, pria berbaju merah itu terlihat melihat keluar jendela, lagi lagi aku tak bisa berpaling darinya mataku tak berkedip melihatnya dari kejauhan, aku tidak tahu dia melihatku atau tidak sampai perlahan aku mulai menjauh.

Setidaknya sebelum pulang aku melihatnya dulu, tiba-tiba suara handphone ku berdering terdapat sebuah pesan singkat, rupanya pesan itu dari Rescha.

“Hay de” sapanya kepadaku lewat sebuah pesan singkat, akupun tersenyum sembari memandang keluar jendela sesaat, lalu ku balas pesan itu karena tak ingin dia menunggu terlalu lama.

“Hay juga ka” balasku singkat.

“Kemana aja de ? ” balasnya cepat sekali.

“Ade ada ko” lagi kubalas dengan singkat ditambah dengan emoji senyum penuh cinta.

“Ko gak ada kabar?” tanya nya dengan memberi emoji sedih.

“Maaf, Ade lagi sibuk” balasku berbohong kepadanya, aku hanya tidak ingin dia tau tentang keadaan ku, karena pasti dia akan menjauhiku saat tau kalo aku sakit, lagipula siapa yang mau sama wanita sakit sakitan sepertiku.

Bersambung ….

https://milenianews.com/2019/12/02/suatu-saat-nanti-bagian-4/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *