News  

Hadiri Grand Launching ACEXI, Prof.  Rokhmin: Kita Paling Terdampak Perubahan Iklim Global

Guru besar Fakuktas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS. Tampil menjadi salah satu narasumber grand launching Association of Carbon Emission Experts Indonesia (ACEXI) di Jakarta, Rabu (13/12/2023).  (Foto: RD Institute)

Milenianews.com, Jakarta– Indonesia paling terdampak perubahan iklim global.  Hal tersebut dinyatakan Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001–2004 Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS. pada grand launching Association of Carbon Emission Experts Indonesia (ACEXI) di Jakarta, Rabu (13/12/2023).

Guru besar Fakuktas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu mengapresiasi lahirnya ACEXI sebagai perkumpulan para ahli. Pasalnya, kebijakan dan teknologi untuk mengurangi emisi karbon, termasuk carbon pricing, carbon trading, dan carbon tax adalah ilmu dan teknologi baru.  Dan, jumlah ahli, pakar, dan teknologi di bidang ini masih sangat langka di Indonesia. Padahal, berbicara tentang emisi karbon maupun potensi Indonesia sebagai penyerap karbon (carbon sink), Indonesia merupakan salah satu negara utama di dunia.

“Kita harus bangga, bahagia dan bersyukur karena menjadi bagian dari ACEXI yang didirikan teman-teman muda semua. Indonesia merupakan big player (carbon sink), karena hutan kita luas, terluas ketiga di dunia. Dari segi blue carbon kita juga terbesar, punya potensi yang besar. Karena, sekitar 77% luas wilayah NKRI berupa laut, dan memiliki garis pantai 108.000 km (terpanjang kedua di dunia, setelah Kanada). Di wilayah pesisir dan laut terhampar ekosistem hutan mangrove sekitar 20 juta ha (terluas di dunia), 85.000 km2 terumbu karang (terluas  kedua di dunia), dan padang lamun (seagrass beds) terluas  di dunia. Ketiga ekosistem pesisir ini memiliki kemampuan menyerap karbon (carbon sink atau carbon squestrisian) yang sangat besar.

“Dari segi emisi karbon, Indonesia pun merupakan salah satu big player.  Terutama dari aktivitas pembukaan lahan gambut, rawa, dan hutan,”  ungkap Rokhmin dalam rilis yang diterima Milenianews.com.

Ketua umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI) itu  mengingatkan, Indonesia adalah negara yang paling terdampak perubahan iklim global. Sebab Indonesia berada di daerah tropis—apabila terjadi sedikit peningkatan suhu, maka aspek biologi ekologi akan hancur.

Pasalnya, resilienasi organisme di daerah tropis terhadap perubahan suhu sangat kecil. “Naik 3 derajat saja (organisme di Indonesia) sudah terdampak semua. Kemudian, 70 persen pesisir Indonesia landai sehingga akan terdampak sekali apabila terjadi peningkatan permukaan laut akibat global warming. Untuk itu, kita tergabung dalam ACEXI. Menurut saya, kita di wadah yang tepat. Indonesia dan dunia membutuhkan ahli semacam kita. ACEXI bukan sekadar memberikan manfaat untuk individu, tapi juga memberi benefit bagi Indonesia dan dunia,” pungkas Rokhmin.

Sebagai informasi, ACEXI merupakan wadah kolaborasi para pakar profesional emisi karbon di Indonesia sehingga menciptakan ekosistem kemajuan dekarbonisasi.  ACEXI digawangi oleh Lastyo Kuntoaji Lukito sebagai  Ketua Umum, Brian Pramudita sebagai Sekjen, Dr.Poempida Hidayatullah sebagai Ketua Dewan Pengawas, Prof.Esvin Aldrian sebagai Ketua Dewan Pakar serta Prof.Rokhmin Dahuri sebagai Ketua Dewan Pembina ACEXI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *