Mata Akademisi, Milenianews.com – Sejak diluncurkan pada 2020 lalu, Kampus Merdeka digadang-gadang menjadi inovasi apik bagi para mahasiswa untuk belajar dan berkembang di luar perguruan tinggi asal. Berbagai pilihan program ditawarkan, antara lain Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dan Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Banyak testimoni mahasiswa menunjukkan manfaat nyata dari kedua program ini.
Namun, bagaimana kelanjutan program ini sekarang masih menjadi tanda tanya besar. Bahkan, Kementerian Pendidikan Tinggi telah resmi mencanangkan program baru, yakni Kampus Berdampak, per tanggal 2 April 2025. Program PMM dan IISMA yang seharusnya dibuka pada Desember hingga Januari pun tampak tak kunjung memiliki calon pengganti.
Baca juga: Mengenal Apa itu Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)
Isu efisiensi pendidikan hingga reshuffle kementerian pun santer disebut sebagai alasan di balik wacana penghapusan program ini. Hal ini tentu sempat membuat para mahasiswa yang sudah menantikan hadirnya program ini menyuarakan kekecewaannya. Akankah inovasi tersebut berlanjut atau justru berubah menjadi ilusi?
Mengutip dari Disway.id, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Prof. Fauzan, menegaskan bahwa pihaknya masih melakukan evaluasi terkait kelanjutan setiap program Kampus Merdeka.
“Kalau Pak Menteri menyampaikan, program Merdeka Belajar itu akan dievaluasi. Mana yang baik itu akan dilanjutkan, yang kira-kira kurang efektif itu akan dihentikan,” ucap Fauzan (3/1), dikutip pada 26/3.
Meskipun sebagian program telah dilakukan sosialisasi, beberapa program lainnya belum memiliki informasi pasti terkait tanggal peluncuran atau sosialisasi ulang.
Pahit Manisnya Program Kampus Merdeka
Sebagai orang yang pernah mencicipi program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), saya merasa program ini memberikan banyak sekali manfaat. Mahasiswa memiliki wadah untuk mengembangkan soft skills, mengeksplorasi minat dan bakat, mendapatkan pengalaman langsung terjun ke dunia kerja atau masyarakat, memperoleh pengakuan kredit, memperluas relasi, menerima bantuan biaya hidup, hingga sertifikat yang diakui secara nasional.
Meskipun demikian, tidak dipungkiri masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya, seperti kurang fleksibelnya penyetaraan konversi SKS, tidak meratanya dukungan sarana dan prasarana di masing-masing kampus, serta pemberian bantuan biaya hidup yang terkadang mundur dari linimasa waktu.
Namun, jika merujuk pada data sejak pertama kali Kampus Merdeka diluncurkan hingga 2023, sudah lebih dari 134 ribu mahasiswa dari berbagai program studi dan perguruan tinggi mengikuti program ini. Bahkan, setiap tahunnya animo pendaftar program Kampus Merdeka semakin meningkat. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan dan kebermanfaatan program.
Jika PMM dan IISMA Ditiadakan, Apa Alternatifnya?
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan kepastian akan regulasi serta dukungan terhadap kelanjutan kedua program ini tampak semakin tidak jelas. Namun, bagi para mahasiswa, janganlah berputus asa terlebih dahulu. Masih terdapat alternatif lain yang dapat dicoba jika kedua program Kampus Merdeka benar-benar tidak memiliki pengganti.
Pengalaman serupa PMM dapat diperoleh dengan mengikuti kelas pembelajaran dari kampus lain, seperti yang ditawarkan oleh platform Future Skills yang menyediakan kelas dari UGM dan UNAIR secara daring, atau dengan mengikuti kegiatan sukarelawan pengabdian masyarakat di luar daerah. Sementara itu, pengalaman serupa IISMA bisa didapatkan dengan mendaftar Student Exchange, International Conference/Forum, maupun Summer School.
Baca juga: Permasalahan Pendidikan di Indonesia Tantangan Menuju Masa Depan Berpendidikan
Meskipun tidak akan 100% sama, saya rasa tidak ada salahnya mencoba beberapa alternatif tersebut. Itu akan jauh lebih baik daripada terus menerus menyalahkan pemerintah yang hingga tulisan ini terbit belum memberikan titik terang. Setidaknya, dengan begitu mahasiswa tetap mendapatkan pengalaman serupa yang dapat menjadi modal dan meningkatkan daya saing ketika lulus nanti.
Yang perlu digarisbawahi, jika memang kedua program Kampus Merdeka, yakni PMM dan IISMA, benar dihentikan, seharusnya ada upaya dari pemerintah maupun kampus untuk memastikan pengalaman serupa tetap tersedia bagi mahasiswa. Begitu juga dengan mahasiswa sendiri, yang harus lebih aktif dalam menggali dan mencoba berbagai peluang yang ada.
Penulis: Sabbih Fadhillah Saputri, Mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta
Akun TikTok: @sharingwithdhilla__
Profil Singkat: Perempuan yang akrab disapa Dhilla ini adalah mahasiswi Sastra Indonesia yang telah mencintai dunia membaca dan menulis sejak TK, saat ia rutin meminta ayahnya membelikan majalah Bobo setiap bulan. Lahir dan besar di Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai kota pelajar, Dhilla tumbuh dalam lingkungan yang mendukung minatnya. Beberapa karyanya telah terbit di media massa, dan ia juga aktif sebagai konten kreator yang membagikan pengalaman studinya dalam bentuk narasi sederhana maupun video storytelling. Semasa kuliah, ia terlibat aktif dalam organisasi luar kampus, pernah menjabat sebagai ketua maupun anggota divisi media, serta memiliki pengalaman magang sebagai penulis konten dan konten kreator.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.