Mata Akademisi, Milenianews.com – Ilmu Kalam merupakan konsep pengetahuan mengenai otoritas ilahi yang berfungsi sebagai kerangka teologis kritis dalam Islam. Di dalamnya dibahas tentang sifat Tuhan, iman, dan juga tanggung jawab moral. Disiplin ini juga berperan penting dalam meningkatkan spiritualitas Muslim dengan memperdalam pemahaman tentang arti tauhid dan atribut ilahi, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan iman dan kesadaran spiritual yang mendalam.
Ilmu Kalam dapat dikatakan sebagai tauhid, akidah, ushuluddin, dan juga teologi Islam. Ia memiliki peran penting dalam memperkuat dan meningkatkan kesadaran spiritual umat Islam. Dengan memahami sifat-sifat Tuhan, keimanan seorang Muslim akan semakin meningkat.
Di era modern, tantangan yang dihadapi umat Islam semakin kompleks—mulai dari skeptisisme terhadap agama, perkembangan sains dan teknologi, hingga pluralisme budaya. Dalam konteks ini, Ilmu Kalam tidak hanya tetap relevan, tetapi juga dapat diintegrasikan dengan pendekatan kontemporer untuk memberikan jawaban yang memadai.
Integrasi Ilmu Kalam dengan Pemikiran Modern
Integrasi Ilmu Kalam dengan pemikiran modern diperlukan agar doktrin-doktrin teologi Islam dapat dipahami secara kontekstual. Beberapa tantangan modern yang memerlukan respons antara lain: Sains dan Teknologi. Perkembangan sains seperti teori evolusi, kecerdasan buatan (AI), dan bioteknologi terkadang dianggap bertentangan dengan pandangan agama. Ilmu Kalam dapat berperan sebagai mediator dengan menawarkan perspektif yang memadukan wahyu dan akal.
Di tengah masyarakat multikultural, Ilmu Kalam dapat memberikan kerangka teologis yang inklusif tanpa mengorbankan prinsip akidah. Pendekatan dialogis seperti yang dilakukan oleh Nasr Hamid Abu Zaid dalam Mafhum al-Nass menunjukkan bahwa teks agama harus dipahami secara dinamis sesuai konteks zaman.
Gerakan skeptisisme dan ateisme modern menuntut jawaban rasional dari Ilmu Kalam. Konsep-konsep seperti pembuktian keberadaan Tuhan (dalil al-wujud) dan argumen kebaruan (burhan al-huduts) yang dikembangkan oleh para mutakallimun seperti Al-Ghazali dalam Tahafut al-Falasifah tetap relevan untuk menjawab keraguan kaum modernis.
Di era digital, penyebaran informasi yang cepat dan masif menimbulkan tantangan baru. Media digital menjadi sarana penyebaran informasi, termasuk konten keagamaan yang seringkali tidak akurat. Ilmu Kalam dapat berperan sebagai filter dengan cara menguatkan metodologi kritik teks untuk membedakan antara ajaran otentik dan distorsi pemahaman. Selain itu, ia dapat memberikan penjelasan rasional terhadap isu-isu kontroversial seperti pengkafiran, jihad, dan hubungan Muslim–non-Muslim.
Ia juga dapat menangkal radikalisme dan ekstremisme. Gerakan radikal sering memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan narasi teologis yang sempit. Ilmu Kalam klasik seperti pemikiran Al-Asy’ari dan Al-Maturidi tentang sifat Tuhan dan takdir dapat digunakan untuk melawan paham fatalis-ekstremis.
Di era digital saat ini, penyebaran paham ateisme dan skeptisisme agama semakin mudah melalui platform seperti YouTube, Twitter, dan podcast. Ilmu Kalam dapat memberikan jawaban filosofis terhadap keraguan tentang eksistensi Tuhan, keadilan ilahi, dan masalah kejahatan.
Media sosial mempertemukan berbagai pemeluk agama, sehingga diperlukan pendekatan teologis yang inklusif. Konsep Kalam tentang kalām Allāh (firman Tuhan) dapat menjadi dasar dialog antariman tanpa mengorbankan keyakinan.
Baca juga: Feminisme Islam Dalam Perspektif Ilmu Kalam: Teologi Hasan Hanafi
Perkembangan AI, kloning, dan rekayasa genetik menimbulkan pertanyaan teologis seperti: “Apakah manusia boleh ‘menciptakan’ kehidupan?” Ilmu Kalam dapat memberikan kerangka etis berdasarkan konsep khilāfah (manusia sebagai wakil Tuhan di bumi) dan batasan intervensi ilahi (qadar).
Ilmu Kalam tidak boleh dipandang sebagai disiplin ilmu yang statis, melainkan harus terus berkembang untuk menjawab tantangan zaman. Integrasinya dengan sains, filsafat, dan isu-isu kontemporer menjadikannya relevan dalam konteks modern. Dengan pendekatan yang dinamis dan kontekstual, ia dapat menjadi landasan intelektual bagi umat Islam dalam menghadapi kompleksitas dunia modern.
Penulis: Saepullah, Dosen serta Fika Ausyiliani Irfana, Ilmi Nafiah Firdaus, Izzati Zakiah Nazzah El-Hanif, Melda Saidah Aminy, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.